Senin, 24 Februari 2020

Antara Kuliah Kerja Nyata dan Magang, Kamu Pilih Mana?



"Kak Kartika kenapa lebih milih KKN daripada magang?"
Sering banget dapat pertanyaan seperti itu dari junior. Ya walaupun masih lebih sering yang nanya, kapan wisuda, kapan nikah sih T_T
Jadi gini Adek-adek, magang dan KKN itu sebenarnya hanya masalah selera saja. Bagi yang ingin mendapat ilmu+gambaran pra-kerja ya magang pilihan tepat. Kalau kamu penasaran setengah mati gimana sih suasana kantor, apa aja sih yang dikerjain, lalu seberapa keceh sih Mas-mas dan Mbak-mbak pegawainya*ehh, monggo silahkan daftar magang.
Nah kalau KKN itu lebih cocok bagi kamu-kamu yang ingin menerapkan ilmu langsung ke masyarakat. Dimulai dari ilmu kajian kuliah kamu, ilmu pedekate, ilmu modus, ilmu negosiasi, ilmu berdiplomasi, ilmu mencuri hati, dan ilmu-ilmu lain yang berdampak baik untuk kelangsungan hidupmu selama KKN. 
Terkesan bercanda ya? Percayalah Dek, sepintar apapun kamu dalam menguasai materi kuliah itu tidak ada artinya jika kamu nol besar dengan ilmu-ilmu “bimsalabim” yang tadi saya sebutkan.
"Jadi Kak Kartika lebih milih KKN bukan karena IPK-nya di bawah standar ya?"
Ya Allah Dek, walapun belum pernah ngerasain IP 4, otak saya gak lola-lola amat lah, IPK saya masih mampu diadu untuk persyaratan magang. Sekali lagi, INI MASALAH SELERA.
"Kalau saya mau KKN apa yang harus saya persiapkan, Kak Kartika?"
Kamu harus mempersiapkan modal dan mental dengan ikhlas hati. Yaps, modal di sini mencakup modal "kualitas" dan "kuantitas". Kualitas kamu untuk merealisasikan proker-proker dengan ciamik, dan kuantitas dana yang terkadang, lumayan banyak. Eh kuantitas IPK juga penting, karena beberapa jenis KKN memberikan patokan IPK untuk bisa menjadi peserta, seperti KKN Tematik dan KKN Kebangsaan.
Mental jangan lupa, jangan ditingggalin di rumah, kamu harus siap level Kopassus. Terkadang lokasi KKN terlalu jauh dari ekspektasi kita. Kalau tertinggal, terisolir, terabaikan itu sebenarnya wajar, namun beberapa mahasiswa ada yang belum siap dengan kejutan itu. 
Ada yang galau akut gara-gara listrik sering mati, kualitas air jauh dari level bersih, MCK (mandi, cuci, kakus) tidak layak, sinyal yang hilang timbul, gak ada Alfamart, gak ada KFC, gak ada bioskop dan kondisi terparah adalah diteror masyarakat (yang satu ini saya juga angkat tangan).
Intinya buat kamu-kamu yang ingin KKN ingatlah prinsip "Di mana bumi dipijak, di situ tongsis dijunjung" Astagfirullah, maksud saya di mana kamu berada, membumilah dengan peraturan yang berlaku di situ. Jangan terlalu sok kenal sok dekat, juga jangan terlalu jaga jarak dengan masyarakat. Yang sedang-sedang saja mah kalau kata Mbak Vety Vera.
Yang terpenting kamu harus ikhlas, karena ini misi pengabdian. Kalau berharap keuntungan finansial enak gabung aja sama MLM atau sungkem aja sana sama Mbah Kanjeng Dimas :D eh tapi kalau mengharapkan nilai A masih manusiawi lah ya #KodeLembut
So,, itu sedikit pencerahan untuk Adek-adek dari Kak Kartika yang perasaannya belum tercerahkan. Pilihan ada di kamu, iya kamu. Tanya hatimu ke mana dia akan berujung, KKN atau magang? Jangan ikut-ikut teman ya *itu sudah terlalu mainstream.
"Kau terpelajar, cobalah bersetia pada kata hati"
With love
Kartika  

Jumat, 21 Februari 2020

Momen Sentimentil Bersama Si Mas




Aku pernah mengalami momen sentimentil ketika sedang berpergian bersama Mas-Mas ojek online. Biasanya di saat itu kondisi hatiku sedang nelangsa dan melankolis. Seperti sore kemarin.
Syahdan, pagi dan siangku berjalan aman, normal dan biasa saja. Sampai kemudian menjelang senja semuanya berubah. Aku mendengar pernyataan seseorang yang . . . .  hemmmm pahit.
Seketika juga, mood-ku langsung jatuh berantakan lebur lebur lebur. Aku merasa kecewa, sungguh. Merasa pagi hingga siang  yang kulalui menjadi sia-sia. Tak bermakna apa-apa.
Merasa tak akan berhasil menyembuhkan emosiku jika tetap berada di sumber masalah, aku pun menyingkir. Berlalu dari amara-amara yang pekat.
Di atas motor. Aku diam. Si Mas ojol juga diam.Kami sama-sama terdiam.
Namun tanpa Mas ojol dengar, di hatiku begitu bergemeruh. Terdengar suara umpatan, keluh kesah, hingga rasa sendu yang teramat dalam.
Rasanya aku ingin menangis. Cuma tidak bisa karena tertahan di tenggorokan. Lagipula perjalanku tidak begitu jauh, palingan baru satu dua kali isak, sudah sampai di tujuan.
Akhirnya kutelan bulat-bulat racun itu. Seraya menepuk-nepuki punggung sendiri untuk sabar.

Strong Kartika, all is well.

Ketika Bapak Meminta Aku Pulang . . .



Info penting nggak penting: Ketika kecil, aku dan Bapak nggak pernah mancing. Ia sama sekali nggak suka  kegiatan mancing. Kami lebih sering naik sepeda ontel keliling desa. Ya, waktu itu ia belum memiliki motor. Pernah ketika ia masih menjadi guru honorer, aku diajaknya mengajar, sementara ibu ke ladang. Aku belum sekolah waktu itu, sehingga ia kasihan melihatku harus terpanggang sinar matahari. Tapi itu hanya bertahan beberapa hari, karena sungguh aku lebih bersuka cita ikut Ibu ke ladang.  Bebas bermain-main di ladang daripada terkungkung ruangan sekolah yang monoton ~

Satu fakta yang sebenarnya malas kuterima, aku dan Bapak itu mirip secara fisik dan sifat. Kami berdua sama-sama keras kepala dan emosian.
Tapi level emosinya jauh lebih tinggi. Setiap mendengar aku kesusahan, didera konflik, dia pasti selalu chat seperti ini.


Tak peduli alur ceritanya gimana. Pokoknya aku lebih baik pulang kampung saja. Prinsipnya; makan nggak makan yang penting kumpul.
Ya sebenarnya wajar sih. Namanya juga orangtua. Cuma karena aku keras kepala, wacana "aku back to kampung" pun belum terealisasi.
Sejujurnya darahku juga mendidih setiap melihat betapa reaksioner-nya dia. Ada rasa tak terima yang menggebu. Intinya aku ingin bilang "Bapak itu nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi!" "Nggak sesederhana itu loh Pak!"
Rasanya aku ingin teriak sekencangnya ketika dia tidak paham apa yang aku mau. Aih susah punya kepala yang keras ini.
Namun beberapa detik setelah depresi mendera, aku akan insyaf dan tersadar. Dia bersikap seperti itu ya semata-mata karena menyayangiku dan tidak ingin melihatku terluka.
Aku jadi ingin menangis karena sudah merasa kesal kepadanya. Menyesal sekali. Padahal cuma dia satu-satunya laki-laki yang mau pontang-panting demi hidupku. Siapa lagi orang yang mau menerimaku apa adanya jika bukan keluarga. Bapak Ibu.
Demi apapun mereka mengutamakan kebahagiaan dan kesehatanku di atas segalanya. Pernah aku terlibat percakapan dengan Ibu, ketika kondisi fisik dan jiwaku sedang tidak baik-baik saja. Ia mengatakan sesuatu yang membuatku terenyuh.
"Tidak apa-apa kamu nggak punya gaji yang besar lagi. Kan kamu masih punya orangtua."
Aku yakin Ibu tulus mengatakannya. Sangat tulus. Ia menegaskan walau aku bukan siapa-siapa dan tak bisa menghasilkan apa-apa, kebutuhanku bakal tetap bisa terpenuhi.
Duuhhh, berapa banyak rintik air mata yang harus turun ketika menyelesaikan tulisan seperti ini coba?
Aku bersyukur telah dipertemukan dengan banyak manusia. Mengenal dan merasakan perangi mereka. Ada yang berhati malaikat tanpa sayap, ada pula makhluk yang gemar bikin jumpalitan. Nah jenis seperti ini biasanya yang sering kudoakan masuk neraka.
Apapun itu, mereka membuatku semakin sadar bahwa keluarga adalah segalanya. Karena akhirnya, pada keluarga sebenar-benarnya arah kita pulang. Sebaik-baiknya arti rumah. Setulus-tulusnya kita diterima.


Selasa, 18 Februari 2020

Kisah-Kasih di Bus KPN Universitas Jambi



Berbicara mengenai bus KPN UNJA, saya pernah menyapa tanpa sempat mencicipinya di semester muda (sekarang sudah semester lanjut usia). Cause meski kuliah di Jambi, saya lebih memilih ngekos di Negara Spanyol. Yoi mamen, kos-an saya di Valencia. Sementara itu rute bus KPN ke arah Telanai, arah yang berlawanan dengan Valencia. Sudah pasti akan sangat sia-sia jika saya menumpang bus KPN untuk pulang.
Kecuali kalau supir bus KPN-nya lezat kayak Nicholas Saputra mungkin maulah saya ngececerin duit demi diteloletin supir ganteng. Tapi itu semua hanya khayalan tingkat tinggi saya saja, karena faktanya bus KPN UNJA kini telah tiada. Tak tahu di mana rimbanya. Di mana supirnya. Hanya menyisakan kenangan terindah atau pun terkampret bagi para insan pelakunya.
Berikut asam manis yang terukir manjah di bus KPN UNJA dari generasi ke generasi:
Menyusun Strategi Perang Darah Muda (Baca: Tawuran)
Di bumi yang bulat/datar ini, semua diciptakan berpasang-pasangan. Laki-laki pasangannya perempuan, Nicholas Saputra pasangannya saya, darah suci pasangannya GGS, dan darah muda pasangannya adalah tawuran. Orait beibeh, tawuran tak pernah lekang oleh waktu. Selalu ngeksis dari zaman Pitecantropus sampai politikus.   
Hal ini juga pernah dialami oleh mahasiswa UNJA era "Dinasti Tawuran", yapss namanya juga "Dinasti Tawuran". Hari-hari di kampus tidak jauh-jauh dari kegiatan tawuran. Ya bisa dibilang tawuran itu  "kekinian" versi muda mudi jaman itu. Sebagian mahasiswa berprinsip, nggak keren kalau nggak ikut tawuran. Ada kebanggan sendiri jika bisa turut serta berjuang berdarah-darah menegakkan idealism. Ini baru laki bukan aki-aki.
Eh walaupun gemar tawuran, mereka selalu menjunjung tinggi petuah dari Yanglek loh ya "Tawuran tapi tak pakai narkoba, jangan nilai kami dari covernya" Okesip, badan Samson hati Dolaemon.
Tawuran sendiri bisa antar fakultas, atau antar angkatan dengan masalah yang beraneka ragam. Rebutan gebetan, sengketa klaim hak milik tongkrongan, penyadapan pemira UNJA, makar Dewan Senat.
Bus KPN sering dijadikan lokasi rapat, sebelum para pasukan turun ke medan perang. Dan sebagai mahasiswa yang baik dan benar, mereka tak lupa akan nasehat Atuk George Robert Terry di mana dalam tawuran pun harus menerapkan fungsi manajamen; Planning, Organizing, Actuating, Controlling, demi tercapainya tawuran yang berdikari dan menguasai hajat hidup orang banyak(?). Mereka menentukan strategi yang akan digunakan. Apakah menyerang, bertahan, satu lawan satu, tiki-taka, 4-4-2.
Modus
"Hayo dulu siapa yang ngekosnya di Mendalo tapi rela naik bus KPN, demi mengejar sang pujaan hati yang tinggalnya di Telanai?"
Modus di sini bisa modus perasaan dan modus perkuliahan. Modus perasaan dimaksud untuk mendapat hati sang pujaan hati (syukur-syukur dapat isi dompetnya juga), diawali dengan ngobrol malu-malu sambil mendengarkan lagunya Justin Bieber.
Eh jaman dulu si Bieber masih jadi buruh "ndodos" sawit di Pijoan kayak’e, ya udah lagunya Inka Christie dan Amy Search aja kalau gitu. "Demi cintaku padamu, ke gurun kuikut denganmu, biarpun harus berkorban jiwa dan raga" #MakanTuhCinta.
Modus perkuliahan sendiri terkait dengan kemaslahatan IPK, mencontek tugas teman, minta buatin tugas, dan negosiasi pas kuis atau ujian dapat pencerahan. Ada juga yang mengkolaborasikan kedua modus ini. Ya kalau kata pepatah sih, sekali melambai, dua tiga banci mengikuti.
Saya tidak tahu apakah jaman itu ada modus yang mengarah ke arah itu-loh-itu-tu (Baca: grepe-grepe),  kalaupun ada yang ketahuan itu-loh-itu-tu, si pelaku pasti mukanya diblur, suaranya disamarkan lalu ngomong “awalnya sih coba-coba, eh lama-lama kok enak ya”
Cintaku Bersemi di Bus KPN
"Hayoo dulu siapa yang awalnya benci setengah mati sama si doi eh malah cintanya jadi klepek-klepek gegara sering tatap muka di bus KPN?"
Sudah banyak kisah cinta lokasi yang terukir di bus KPN UNJA. Sebagian berumur panjang hingga janur kuning melengkung. Sebagian lagi hanya sepanjang jalan kenangan, menyisakan benci, rindu dan cinta yang ada kalanya bersemi kembali. Ehemm ehemm tiati pas reunian yak.
Karena intensitas bertemu yang rutin, kesempatan buat melihat wajah si doi jadi lebih besar. Apalagi kalau duduknya pas di sebelah, dempet-dempetan dan berdesak-desakan, ashhh sudah menang banyak anak muda. Kamu bisa mengeksplor lebih jauh tentang orang yang mungkin bikin kamu cinlok. Memastikan bola matanya tidak berbentuk petak-petak atau segitiga, hidungnya tidak zigzag, dan yang terpenting kuantitas dan kualitas dompetnya #IfYouKnowWhatIMean.
Syarat utama untuk cinlok di bus KPN adalah tidak memiliki bau badan nggak sedap. Kalopun kamu punya, pastikan baunya adalah bau yang disukai lawan jenis. Misalnya gebetanmu menyukai pempek, maka kamu bisa menjadikan kuah cukanya sebagai parfummu.
Pijet Jok!! KPN-nya pegel...
Kisah mengharu biru ini dituturkan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian UNJA. Saat ospek, sang senior yang selalu kampret benar, memberi titah tak boleh dibantah kepada junior unyu lugu untuk memberi pijat plus plus kepada bus KPN UNJA, iya bus KPN UNJA. Sungguh senior yang busuk baik hati.
Alumni mana suaranya? Ciyee jadi kangen si manis bus KPN UNJA ya. Btw silakan tulis di komentar jika masih ada kenangan yang luput saya tulis. Maklum saya kan bukan pelaku pasti, saya ini mah apa atuh, hanya soak-sarok kuaci. Walaupun bus KPN kini tak kasat mata, kenangan yang ditorehkan akan selalu membekas di hati para alumni pelaku.
Buat dedek-dedek gemes yang ketinggalan romansanya, don’t cry don’t be shy, kalian bisa memanfaatkan fasilitas UNJA yang lain untuk berkendara dan mengukir kisah, seperti menunggangi angsa UNJA misalnya. Ya patung angsa UNJA. Kita kalahkan Indosiar dengan FTV naga-naga terbangnya.


*Tulisan ini saya produksi pada jaman dahulu kala

Gita Cinta Mahasiswa Pertanian




Nicholas Saputra               :  Coba kamu hidupnya pas jaman prasejarah, pasti sistem pertanian menetap akan lebih  cepet   ditemuin.
Kartika                                    : Iyo po?
Nicholas Saputra         :  Ya iya lah, mana ada orang yang sanggup nomaden kalo udah berada di dekat kamu.

Jika ditanya apa salah satu tempat yang paling melegenda bagi anak Pertanian. Sebagian besar pasti bersepakat menjawab LADANG PERSEMAIAN. Orait, anak Pertanian dan ladang adalah hal yang terpisahkan. Sama tak terpisahkannya anak Hukum dengan ruang Peradilan Semu, anak Kehutanan dengan hutan,  anak Peternakan dengan kandang percobaan, dan tak terpisahkannya saya dengan Nicholas Saputra #MantapJiwa.
Banyak hal yang menjadi alasan kenapa kisah kasih nyata bisa terukir di ladang. Alasan paling fundamental dan tak terbantahkan adalah; Witing tresno jalaran soko kulino. Kalau diterjemahin ke bahasa Jambi jadi biso suko karena bertemu(?). 
Selain itu ada beberapa hal istimewa dari anak Pertanian yang bisa membuat cintamu klepek-klepek sama dia, sayangmu klepek-klepek sama dia.

Anak Pertanian Tak Pilih-pilih dalam Makan
Well, sebagai anak Pertanian mereka tahu bagaimana susahnya menanam sampai memanen makanan yang mereka makan. Mereka akan lebih menghargai makanan tersebut. Mereka nggak bakalan risih kalo kamu mengajak ke warteg atau pedagang kaki lima. See, makanan aja mereka hargai sebegitunya, apalagi kamu sebagai pasangannya? Eaaaaakkkk.
Eh btw walaupun anak Pertanian nggak milih-milih makan, jangan sampai kamu cuma ngasih dia makan “cinta” loh ya. Please deh, hidup di dunia nyata tidak seromantis drama Korea. Hidup di dunia nyata itu keras.
Lalu, apa hubungan antara makan dan cinlok? Jadi karena mereka sama-sama nggak milih dalam makan memakan, nggak gengsian kalau makan di pinggir jalan, ikatan batin yang tercipta di antara mereka semakin kuat dan menggelora setiap saat *tsahhh, kalau udah begitu ya tinggal jadian aja.

Anak Pertanian itu Peka (Harusnya)
Alasan saya bilang anak Pertanian itu seharusnya peka sederhana saja. Kalau urusan dosis pupuk, bahan praktikum yang Kontam bisa membuatnya pusing setengah mati bukankah itu tanda bahwa mereka punya kepekaan tinggi?
Ya itu semua hanya teori saya saja sih, hasil analisa dari pengamat KW9.  Soal bagaimana prakteknya, bener nggaknya, mari kita tanyakan pada Trio Macan yang bergoyang.

Tanaman aja Diperlakukan dengan Sempurna, Apalagi Kamu Sebagai Pasangannya
Wajar sebenarnya jika anak Pertanian memperlakukan tanaman dengan istimewa. Yakali kalau tanaman nggak diurusin bakalan mati sehingga berimbas ke nilai praktek mereka. Nah jika tanaman aja disayang-sayang sama dia apalagi kamu kan ya.

Saat Prewedding, Kamu Nggak akan Dipusingkan dengan Spot, Banyak Konsep Prewedding yang Sudah Tercipta di Kepala
Apabila cinlok tersebut berlanjut ke tahap ehem ehem (Baca:nikah loh ya), pasangan anak Pertanian udah nggak pusing 7 keliling buat nyari lokasi prewed. Banyak sekali tempat yang bisa dijadikan pilihan.
Bisa di ladang persemaian, di ladang cabe-cabean, di kebun kacang panjang, kan lumayan tuh habis prewed kacang panjangnya bisa dipetik buat bikin gado-gado. atau di kebun pisang aja biar sensasinya lebih gimana gitu, kayak lirik lagu, memori daun pisang takkan terlupakan, memori daun pisang menjadi kenangan.

Cintai Ploduk-ploduk Sendiri
Selain prewed hal yang tak boleh ditinggalkan di tahap ehem-ehem adalah souvenir pernikahan. Ya nggak wajib sih, hukumnya sunnah. Tidak dilakukan tidak berdosa (Paling cuma jadi cibiran tamu undangan). Nah kamu tak perlu susah-susah lagi memikirkan souvenir pernikahanmu. karyamu di kultur jaringan atau benih-benih buah dan sayuran yang unggul bisa kamu jadikan souvenir. Misalnya benih buah manggis, atau yang paling mulia kamu bisa member souvenir benih buah kesabaran.

Itu dia hal-hal istimewa yang berkaitan dengan anak Pertanian. Nyambung nggak sih? Yaudahlah ya dipaksa nyambung aja, biar saya seneng. Toh bikin orang seneng kan dapat pahala. Eh iya ngomong-ngomong, maafkan saya bagi siapa pun yang kacang panjangnya dulu pernah saya curi. Sebenarnya dulu awalnya saya cuma coba-coba, eh lama-lama kok enak ya.
Oh iya saya juga pernah nyuri buah kakao, saking penasaran. Maklum saya dari Kayu Aro, yang sejauh mata memandang menghampar padang teh yang menghijau, sehijau rumput tetangga. Sebenarnya saya cukup kecewa setelah mencuri buah cokalat,karena dalam bayangan saya buah coklat itu isinya bakal seperti Silverqueen gitu. Kepingan coklat menggoda, yang siap dihapp. Ternyata eh ternyata, isinya kok ya malah seperti buah manggis dengan lapisan yang lebih tipis, asli Hayati kecewa Bang.
          Selamat kepada pasangan yang cinloknya berujung ke ijab sah. Semoga langgeng dan bisa menjadi pasangan kuat untuk memenuhi kedaulatan pangan di Indonesia, dan semoga setelah menulis artikel ini saya mendadak diangkat jadi Menteri Pertanian RI oleh Pak Presiden. Ayoo aminkan bareng-bareng.


*Tulisan ini saya produksi pada jaman dahulu kala. Oke sekian.

Rabu, 12 Februari 2020

Kurasa Kamu Butuh Istirahat (Sejenak)



Pagi ini kamu bangun tidur dengan rasa berat di kepala. Seperti ada palu milik Thor yang nangkring manjah di kepala. Eh atau malah nuklir yang ingin meledak.
Rentetan tugas-tugas yang harus segera kamu selesaikan mendadak datang bagai alarm. Nggak pakek permisi pula. Kurang ajar sekali kan.
Sebenarnya kamu juga sudah bertekad kuat toh untuk mengurai tugas demi tugas itu. Hanya saja otakmu sedang tidak bisa diajak berkomplotan. Entah karena selama ini terlalu dipaksa untuk bermitra, kini pun menjadi merajuk.
Kamu ingin membagai benang kusut itu dengan mahkluk jenis manusia. Namun sayangnya tidak ada yang peduli. Jika ada yang peduli pun belum tentu mereka mengerti. Benar kataku kan, manusia memang mahkluk menyebalkan.
Mereka mewanti-wantimu untuk ini itu. Tapi tak ada yang mau tahu jika batasmu sudah tidak bisa didobrak lagi. Ahh kurasa mereka tahu, tapi nggak mau tahu. Mungkin mereka juga sedang mengalami hal-hal tak menyenangkan sepertimu. Jadi lebih baik mengurus sendiri-sendiri toh.
Satu kotak teh dingin merek terkenal rupanya juga tak mampu mendinginkan kepalamu yang mendidih. Malah suhunya kian memanas karena terus dipaksakan beroperasi.
Kamu memang mahkluk terikat, tapi ingat kamu bukan mesin atau robot yang bisa beraktifitas 24 jam penuh. Bahkan robot atau mesin yang paling canggih saja akan meledak dan rusak jika durasi mereka terus menerus tanpa henti, apalagi kamu.
Duhai cinta, yang kamu lakukan sekarang ini memang penting, selain menghindari rasa jenuh juga menjaga kamu agar bisa tetap hidup dengan layak.
Tapi jika yang kamu lakukan saat ini tidak membuatmu bahagia, apa gunanya?
Hey sudahlah, kurasa kamu memang butuh istirahat sejenak. Menikmati kota, bukan ide yang buruk-buruk banget kan. Kamu juga bisa nostalgia, menjelajah kota dengan angkot seraya menikmati langit kota tanpa kabut. Toh kamu nggak perlu merogoh kocek terlalu dalam.  Jauh dekat empat ribu.
Ya kurasa itu bukan ide buruk.
Pesanku hanya satu; Jangan pernah mengambil keputusan apapun di saat kondisimu di atas normal, kaki di kepala, kepala di kaki ya.

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis