Selasa, 18 Februari 2020

Kisah-Kasih di Bus KPN Universitas Jambi



Berbicara mengenai bus KPN UNJA, saya pernah menyapa tanpa sempat mencicipinya di semester muda (sekarang sudah semester lanjut usia). Cause meski kuliah di Jambi, saya lebih memilih ngekos di Negara Spanyol. Yoi mamen, kos-an saya di Valencia. Sementara itu rute bus KPN ke arah Telanai, arah yang berlawanan dengan Valencia. Sudah pasti akan sangat sia-sia jika saya menumpang bus KPN untuk pulang.
Kecuali kalau supir bus KPN-nya lezat kayak Nicholas Saputra mungkin maulah saya ngececerin duit demi diteloletin supir ganteng. Tapi itu semua hanya khayalan tingkat tinggi saya saja, karena faktanya bus KPN UNJA kini telah tiada. Tak tahu di mana rimbanya. Di mana supirnya. Hanya menyisakan kenangan terindah atau pun terkampret bagi para insan pelakunya.
Berikut asam manis yang terukir manjah di bus KPN UNJA dari generasi ke generasi:
Menyusun Strategi Perang Darah Muda (Baca: Tawuran)
Di bumi yang bulat/datar ini, semua diciptakan berpasang-pasangan. Laki-laki pasangannya perempuan, Nicholas Saputra pasangannya saya, darah suci pasangannya GGS, dan darah muda pasangannya adalah tawuran. Orait beibeh, tawuran tak pernah lekang oleh waktu. Selalu ngeksis dari zaman Pitecantropus sampai politikus.   
Hal ini juga pernah dialami oleh mahasiswa UNJA era "Dinasti Tawuran", yapss namanya juga "Dinasti Tawuran". Hari-hari di kampus tidak jauh-jauh dari kegiatan tawuran. Ya bisa dibilang tawuran itu  "kekinian" versi muda mudi jaman itu. Sebagian mahasiswa berprinsip, nggak keren kalau nggak ikut tawuran. Ada kebanggan sendiri jika bisa turut serta berjuang berdarah-darah menegakkan idealism. Ini baru laki bukan aki-aki.
Eh walaupun gemar tawuran, mereka selalu menjunjung tinggi petuah dari Yanglek loh ya "Tawuran tapi tak pakai narkoba, jangan nilai kami dari covernya" Okesip, badan Samson hati Dolaemon.
Tawuran sendiri bisa antar fakultas, atau antar angkatan dengan masalah yang beraneka ragam. Rebutan gebetan, sengketa klaim hak milik tongkrongan, penyadapan pemira UNJA, makar Dewan Senat.
Bus KPN sering dijadikan lokasi rapat, sebelum para pasukan turun ke medan perang. Dan sebagai mahasiswa yang baik dan benar, mereka tak lupa akan nasehat Atuk George Robert Terry di mana dalam tawuran pun harus menerapkan fungsi manajamen; Planning, Organizing, Actuating, Controlling, demi tercapainya tawuran yang berdikari dan menguasai hajat hidup orang banyak(?). Mereka menentukan strategi yang akan digunakan. Apakah menyerang, bertahan, satu lawan satu, tiki-taka, 4-4-2.
Modus
"Hayo dulu siapa yang ngekosnya di Mendalo tapi rela naik bus KPN, demi mengejar sang pujaan hati yang tinggalnya di Telanai?"
Modus di sini bisa modus perasaan dan modus perkuliahan. Modus perasaan dimaksud untuk mendapat hati sang pujaan hati (syukur-syukur dapat isi dompetnya juga), diawali dengan ngobrol malu-malu sambil mendengarkan lagunya Justin Bieber.
Eh jaman dulu si Bieber masih jadi buruh "ndodos" sawit di Pijoan kayak’e, ya udah lagunya Inka Christie dan Amy Search aja kalau gitu. "Demi cintaku padamu, ke gurun kuikut denganmu, biarpun harus berkorban jiwa dan raga" #MakanTuhCinta.
Modus perkuliahan sendiri terkait dengan kemaslahatan IPK, mencontek tugas teman, minta buatin tugas, dan negosiasi pas kuis atau ujian dapat pencerahan. Ada juga yang mengkolaborasikan kedua modus ini. Ya kalau kata pepatah sih, sekali melambai, dua tiga banci mengikuti.
Saya tidak tahu apakah jaman itu ada modus yang mengarah ke arah itu-loh-itu-tu (Baca: grepe-grepe),  kalaupun ada yang ketahuan itu-loh-itu-tu, si pelaku pasti mukanya diblur, suaranya disamarkan lalu ngomong “awalnya sih coba-coba, eh lama-lama kok enak ya”
Cintaku Bersemi di Bus KPN
"Hayoo dulu siapa yang awalnya benci setengah mati sama si doi eh malah cintanya jadi klepek-klepek gegara sering tatap muka di bus KPN?"
Sudah banyak kisah cinta lokasi yang terukir di bus KPN UNJA. Sebagian berumur panjang hingga janur kuning melengkung. Sebagian lagi hanya sepanjang jalan kenangan, menyisakan benci, rindu dan cinta yang ada kalanya bersemi kembali. Ehemm ehemm tiati pas reunian yak.
Karena intensitas bertemu yang rutin, kesempatan buat melihat wajah si doi jadi lebih besar. Apalagi kalau duduknya pas di sebelah, dempet-dempetan dan berdesak-desakan, ashhh sudah menang banyak anak muda. Kamu bisa mengeksplor lebih jauh tentang orang yang mungkin bikin kamu cinlok. Memastikan bola matanya tidak berbentuk petak-petak atau segitiga, hidungnya tidak zigzag, dan yang terpenting kuantitas dan kualitas dompetnya #IfYouKnowWhatIMean.
Syarat utama untuk cinlok di bus KPN adalah tidak memiliki bau badan nggak sedap. Kalopun kamu punya, pastikan baunya adalah bau yang disukai lawan jenis. Misalnya gebetanmu menyukai pempek, maka kamu bisa menjadikan kuah cukanya sebagai parfummu.
Pijet Jok!! KPN-nya pegel...
Kisah mengharu biru ini dituturkan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian UNJA. Saat ospek, sang senior yang selalu kampret benar, memberi titah tak boleh dibantah kepada junior unyu lugu untuk memberi pijat plus plus kepada bus KPN UNJA, iya bus KPN UNJA. Sungguh senior yang busuk baik hati.
Alumni mana suaranya? Ciyee jadi kangen si manis bus KPN UNJA ya. Btw silakan tulis di komentar jika masih ada kenangan yang luput saya tulis. Maklum saya kan bukan pelaku pasti, saya ini mah apa atuh, hanya soak-sarok kuaci. Walaupun bus KPN kini tak kasat mata, kenangan yang ditorehkan akan selalu membekas di hati para alumni pelaku.
Buat dedek-dedek gemes yang ketinggalan romansanya, don’t cry don’t be shy, kalian bisa memanfaatkan fasilitas UNJA yang lain untuk berkendara dan mengukir kisah, seperti menunggangi angsa UNJA misalnya. Ya patung angsa UNJA. Kita kalahkan Indosiar dengan FTV naga-naga terbangnya.


*Tulisan ini saya produksi pada jaman dahulu kala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis