Selasa, 24 Maret 2020

Katakan Saja, Ini untuk Alasan yang Sentimental (Puisi dari Kesatria Rapuh)





Jatuh hati padamu
seperti matahari pukul empat sore,
ditunggu lama sedari pagi
sebentar sudah pergi lagi

jatuh hati padamu
seperti malam pukul delapan lima belas,
baru saja diingat
sudah dikatakan terlambat

untuk sesuatu yang sentimentil
aku mengingat beberapa hal,
caramu merapikan rambut
yang diselipkan di telinga,
caramu menyebut namaku
dengan dua huruf serba lucu,
caramu memilih sepatu
yang semuanya bagus di kakimu

untuk sesuatu yang sentimentil
aku lupa beberapa hal,
cara membuatmu tertawa
kala pedih menggenangi matamu,
cara memelukmu hangat
di tengah-tengah pagi yang dingin,
cara membaca mau bibirmu
saat kau membutuhkannya
-
aku jatuh hati padamu
sampai lupa bagaimana
mengingatnya kembali

coba baca baik-baik hatiku
ke mana ujungnya berakhir?


Sebab Tuhan Selalu Memahami, Kita Saja Yang Mengaku Berbeda (Puisi dari Kesatria Rapuh)




Kita berdoa satu meja
untuk dua piring nasi,
ayam goreng dan ikan nila

bersyukur di saat yang sama
untuk rejeki yang cukup
serta orangtua yang sehat

tapi kita lupa satu hal
di negara kita yang lucu
doa kita berdua tadi
berhenti di urusan administrasi

Setelah kita selesai berdoa
Tuhan tersenyum
dan mengucapkan “Amin”
untuk doamu dan cita-citaku
Untuk masa depan kita
- yang entah bagaimana nanti



Rabu, 18 Maret 2020

Insomnia Cuaca (Puisi dari Kesatria Rapuh)




tidurnya waktu
adalah ketika malam
berkunjung diam-diam
dari balik pintu

lelapnya rindu
adalah saat kenangan
mengigau pelan
dalam tidur

-
"sebut namaku di udara"
kepal tanganmu dan berdoa
"menjelajahlah sayang"
tutup matamu lalu terbang

lihat, dirimu melayang
dengan sayap kupu-kupu
yang sewarna cempaka
dan seringan tanjung

-
duh Biyung duh Romo
malam selalu selambat inikah?
jam seperti lelah berdentang
apalagi sejak wajahmu terbayang
-
Alengka punya raja
sepuluh wajah durhaka
dan rindu adalah petaka
Rahwana pemuja Shinta
"apa kabarmu Ramawijaya?"


Selasa, 10 Maret 2020

Aku, Kim Neby dan Si Abu-abu



Di belakang adalah produk dari WALHI Jambi, kalo kalian mau beli, boleh banget hubungin aku. Dengan beli kalian juga turut berdonasi untuk penyelamatan lingkungan hidup loh ya
Kim Neby, itulah nama notebook hitamku. Tentu saja bukan nama yang sesungguhnya. Itu nama pemberianku sendiri (karena aku alay). 
Ia lahir di tahun 2014 dan turut menjadi saksi bisu sejarah hidupku. Bagaimana aku menangis, tertawa, sorak-sorak bergembira.
Menjelang usia 6 tahun, sudah banyak cobaan yang harus ia hadapi. Padahal usianya masih terlalu dini.  
Kami pernah bersama-sama merasakan terhempas ke jalan aspal depan kampus.  Bajuku sobek, sepatuku hilang sebelah dan kakiku lecet-lecet.
Sedangkan ia? Jari-jarinya copot berhamburan. Ehm maksudku keyboard.
Jadilah beberapa hari ia harus menginap di rumah kang service.
Namun, di tahun 2018 ia mulai tergantikan. Adalah si abu-abu, sebuah laptop yang belum ada namanya. Laptop yang pernah kutempel logo apel kegigit di mereknya. Saking aku terobsesi dengan brand dari negeri Paman Donald Trump.


Ini bukan laptopku, tapi laptop kantor, sehingga aku merasa tak berhak memberinya nama. 
Kim Neby kini beristirahat dengan tenang di lemari cokelat. Untuk sementara waktu tentu saja. Kami harus bersama kembali. Kelak jika mahar untuk menyembuhkannya telah terkumpul.
Dear Kim Neby, I love you to the moon and back.

Senin, 09 Maret 2020

Percakapan Singkat Tanam Menanam


sumber foto: jagapati.com

“Buk, ladang kita ditanami sorgum aja yuks.” kataku pada Ibu melalui sambungan telepon.
Sesaat terdengar helaan nafas yang berat darinya.
“Kamu ini dalam sebulan udah berapa kali ganti rencana. Kemarin katanya mau nanam apel, anggur, strawberry, semangka, terus opo kae, andaliman, eh sekarang ganti lagi mau nanam sorgum. Opo pula iku." Ujar Mamakek panjang kali lebar. 
"Kamu itu sebenarnya mau nanam apa sih?" Tanyanya putus asa.
Hening. Aku terdiam beberapa detik sampai akhirnya memutuskan menjawab.
“Aku hanya ingin menanam kebaikan."


Ya aku tahu di sana Ibu berhasrat untuk mencekikku.

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis