Sabtu, 16 November 2024

Sudah Hampir Dua Tahun



Dua tahun lalu, saat memutuskan pindah ke Kalimantan, saya sadar akan segala konsekuensi yang menanti. 

Tinggal di pedalaman Kalimantan dengan bermacam keterbatasan, bukanlah sebuah pilihan yang akan diambil setiap orang. Kalau kata seorang teman, hanya orang gila yang memilih opsi ini. Dan saya adalah salah satu orang gila tersebut. 

Sama seperti perjalanan dan kisah pada umumnya, kadang ada hal-hal yang membuat saya menangis tersedu-sedu. Tapi banyak juga alasan yang membuat saya begitu bersuka cita. 

Yang jelas, saya terkesan dan kagum dengan kemampuan bertahan hidup serta adaptasi yang saya miliki. 

Ketika memutuskan menetap di Kalimantan, saya mengerti; jarak akan menjadi hal yang paling saya benci. Saya tidak akan bisa menemui keluarga di kampung dengan leluasa. Orangtua juga tidak bisa berkunjung ke kosan saya seperti yang sudah-sudah.

Situasi yang menjadi kekhawatiran saya saat ini, Bapak, Ibu dan kedua nenek saya sudah semakin senja. Banyak hal menakutkan yang kapan saja bisa terjadi. Sungguh saya takut sekali tiap keluarga menelpon saya secara mendadak dan berkali-kali.

Belum lagi kondisi sinyal di sini cenderung tidak stabil. Ada kondisi tiba-tiba semua sinyal hilang dan tidak ada pilihan apapun untuk berkomunikasi.

Sejujurnya saya sudah berdamai dengan kondisi sinyal yang seadanya ini. Tapi ada moment saya begitu benci dengan timpangnya akses komunikasi di pedalaman. Saya begitu kesal dengan ketidakmerataan pembangunan di negeri ini. 

Tahun lalu, sinyal hilang cukup lama di kota ini. Dari sore hingga pagi hari, kami seperti hidup di blank spot area. 

Bagian paling menyedihkan, di malam hari ketika sinyal hilang, Ibu saya mengirim pesan dan menelpon saya berkali-kali, mengabari jika Bapak saya tiba-tiba sakit dan harus diopname. Tak terbayang seberapa kalutnya ibu saya pada malam itu. Lagi lagi sedihnya, saya baru mengetahuinya di pagi hari ketika sinyal kembali muncul.

Sore ini saya mendapatkan kabar, nenek saya terpeleset di kamar mandi dan harus dirawat di puskesmas. Sama seperti ketika mengetahui Bapak saya sakit, sekarang perasaan saya hancur dan bimbang. Banyak hal yang ingin saya lakukan, namun dipatahkan oleh keadaan dan jarak. Hanya doa baik yang tak putus saya kirimkan. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis