Dear
Ella,
Cintaku
yang jauh di sana.
El El El
Berteman
denganku selama 6 tahun, kamu pasti tahu kan gimana romantisnya aku? Jadi
walaupun aku yang sedang mengalami moment pertambahan usia, aku juga yang
mengirim . . ya katakanlah sebuah surat untukmu hehe.
El, akhirnya kita merasakan usia 23
tahun juga ya. Kamu merasa nggak sih kalo perjalanan dari 22 menuju 23 tahun
itu berat pakek banget.
Tema
penderitaan kita juga sama; pekerjaan, rekan kerja, keluarga, dan asmara (yang
terakhir paling sentimentil).
Setahun
menyandang status "pekerja" tak terhitung berapa kali aku berniat
untuk resign. Apalagi di awal masa adaptasi. Beh asam lambungku naik saking
stresnya.
Tapi Tuhan itu maha adil kok, nggak cuma asam yang kurasakan ketika bekerja, namun juga banyak manisnya.
Tapi Tuhan itu maha adil kok, nggak cuma asam yang kurasakan ketika bekerja, namun juga banyak manisnya.
Singkat cerita semua berjalan hingga
momen ini. Momen di mana aku merasa kembali di titik awal; titik paling rendah
dan menyebalkan di hidupku.
Nggak tahu dosa apa aku El, hingga
semesta berniat sekali mengujiku dengan serentetan kejadian.
El, kamu tahu sendiri kan walaupun
aku begitu mudah berkomunikasi dengan orang, tapi aku begitu tertutup soal
masalah pribadi bahkan asmara.
Kamu nggak tahu kan siapa aja mantan
pacarku, gebetanku semasa kuliah.
Ya tentu saja selain pria-itu-tu yang selalu kusebut-sebut dan kujadikan indikator pria idaman seorang Kartika.
Ya tentu saja selain pria-itu-tu yang selalu kusebut-sebut dan kujadikan indikator pria idaman seorang Kartika.
Tapi aku diuji El.
Ada
beberapa pria yang datang ke hidupku dan sialnya ada yang berhasil mencuri
hatiku. Sumpah sial banget.
Di titik tertentu, aku ingin
menyimpannya dengan rapi seperti yang sebelumnya kulakukan.
Cukup
aku, dia dan Tuhan yang tahu. Atau paling banter ya kamu dan Sus Mita sebagai
sahabatku.
Namun
nyatanya aku khilaf El. Kisah yang harusnya kusimpan rapat-rapat itu, malah
kututurkan ke beberapa pihak. Tahu kamu kenapa aku begitu? Mungkin karena
aku merasa memiliki orang-orang yang kupikir peduli dan mau mendengar keluh
kesahku. Orang-orang yang murni ingin membantu tanpa menghakimiku.
Ah
salahku juga sih terlalu santai dan nyaman dalam berteman. Kaget juga kali ya,
selama ini cuma punya kamu dan Sus Mita, eh sekarang ada banyak orang di
sekeliling hehe
Bumerang
itu pun nggak bisa kuelakkan lagi El. Akibat tingkahku, banyak hati yang
tersakiti dan kecewa denganku. Lebih parah; mereka jijik, benci, dan ilfeel
padaku.
El,
Gimana ya caranya biar nggak merasa seperti sampah hahaha
Sekarang
ini nano-nano banget rasa di hidupku. Aku kok mendadak jadi ngerasa nggak
diterima oleh sosial ya haha. Dan ntah kenapa juga muncul rasa skeptisku
terhadap orang lain.
Aku jadi malas berinteraksi dan
memiliki kedekatan dengan orang lain.
Takut terlena kayak kemarin lalu nggak bisa ngerem omongan.
Belajar dari kesahalan sih.
Takut terlena kayak kemarin lalu nggak bisa ngerem omongan.
Belajar dari kesahalan sih.
Takut
berakhir tragis lagi.
Aku
juga jadi sulit percaya sama manusia sekarang deh hehehe.
Etapi tenang sama kamu aku masih percaya kok. Kamu kan nggak manusia tapi malaikat tanpa sayap hahaha.
Etapi tenang sama kamu aku masih percaya kok. Kamu kan nggak manusia tapi malaikat tanpa sayap hahaha.
Sayang banget ya kita LDR-an. Kalo
bertatap muka langsung, aku pasti sudah cerita sambil nangis sesenggukan.
Oh iya, untuk mengurangi rasa tidak enak di hatiku, aku tadi juga sempat konsul ke Mbah Google. Disuguhinya aku tips dan pengalaman insan-insan lain ketika menghadapi masalah sepertiku.
Ya emang klise dengerin motivasi. Cuma berguna sekali untuk menahanku biar nggak bunuh diri hehehe. Dalam jangka pendek ada beberapa hal yang ingin kulakukan;
Oh iya, untuk mengurangi rasa tidak enak di hatiku, aku tadi juga sempat konsul ke Mbah Google. Disuguhinya aku tips dan pengalaman insan-insan lain ketika menghadapi masalah sepertiku.
Ya emang klise dengerin motivasi. Cuma berguna sekali untuk menahanku biar nggak bunuh diri hehehe. Dalam jangka pendek ada beberapa hal yang ingin kulakukan;
· evaluasi (yang sebenarnya sudah kulakukan sejak beberapa waktu lalu).
· meminta maaf untuk hati yang kusakiti
Ini
hal yang paling berat kulakukan, bukan karena gengsi sih, lebih karena aku
takut dibilang drama queen sama mereka. Belum siap aja dibilang lebay, ya walaupun
aslinya aku memang lebay.
Eh
iya, kepada yang paling membenciku, aku sudah mengutarakan permintaan maaf. Beneran tulus
dari hati. Pengennya sih ketemu secara langsung. Tapi dia hanya membaca chat-ku
dan permintaan maafku. Ya sudah sih. Mungkin aku memang layak menerima
perlakuan seperti itu.
· memulihkan diri sendiri
Ini
hal yang paling urgen sih. Aku jelas nggak mau terjebak dan bertahan di kondisi
seperti ini. Yakali hidup dalam rasa bersalah dan rendah diri.
Next
aku bakal fokus untuk ngebahagiain diriku sendiri. Perawatan manjah dan ini
ituh hehehe.
Intinya aku nggak akan menggantungkan kebahagiaanku dengan orang lain.
Oh iya El, aku tadi juga nemu quote
yang mayan cocok buat kondisiku. Gini gini
Dear self
Halo
aku
Salah
itu wajar,
Kamu
cuma perlu mengaku, minta maaf, belajar, lalu berusaha menghindari kesalahan
kedua.
Terasa sukar ya,
walaupun sederhana?
Maaf ya aku spam uneg-uneg untukmu.
Padahal
kondisi kejiwaan kita mungkin sebenarnya sama hahaha.
Quarter
life crisis emang kampret banget ya El.
Sumpah
lelah banget aku.
Tapi
ya gimana, mau nggak mau harus tetap dihadapi.
Udah ahh.
Udah
panjang banget ini mah hahahaa
I love you so muach muach El.
Baik-baik
di sana ya.
With
love
Kartika
19 September 2019
3:35
AM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar