Sabtu, 17 Maret 2018

Saya Siapa?




Foto: Dari Google


Ada yang bilang jika setelah usia 20 tahun kita tidak akan merasa tenang lagi. You know, saya sangat setuju dengan kalimat tersebut. Malah menurut saya, kedamaian akan hilang ketika kita tamat SMA. Saya merasakan. Benar-benar merasakan.

Saya sudah tidak ingat kapan terakhir kali saya benar-benar merasa lega selega-leganya. Ada saja hal yang sukses menjadi penyebab kerisauan. Kalau kata Lenka, Trouble is Friend.

Saya cemas memikirkan studi, memikirkan karir, memikirkan keluarga, memikirkan asmara. Dari segala kecemasan tersebut, terkadang saya merasa itu terlalu alay untuk dicemaskan. Entahlah, di sisi lain saya merasa cemas tapi di sisi lain kecemasan itu tidak seharusnya ada. 

Bukan hanya kecemasan yang membuat hidup saya tidak tenang. Sometimes saya sering merasa ragu dengan diri saya sendiri. Ya, saya meragukan. Banyak hal yang membuat saya ragu akan diri saya sendiri yang labil. Kadang saya malah tidak kenal dengan saya.

Saya ini siapa?
Sebuah pertanyaan yang bisa membuat saya akhirnya mengheningkan cipta.

Saya tidak tau apa penyebab dari ini semua. Dugaan terbesar karena saya sering nonton drama Korea, sehingga saya sering mendramatisir keadaan. Mungkin juga karena saya sering baca buku Filsafat tapi hanya setengah-setengah. Kan kata orang kalau melakukan sesuatu harus totalitas, kalau tidak ya jadi kayak saya. 

Dari segala prasangka yang ada, hubungan saya dengan Sang Pencipta mungkin yang paling andil. Saya bukan atheis, sungguh. Saya percaya Tuhan itu ada, tapi saya juga bukan seseorang yang religius. Sholat masih sering bolong-bolong, masih suka bohong, kadang ngelawan sama orangtua, jarang sedekah, kadang nonton bokep. Ahh intinya saya ini lebih cocok dikatakan pendosa.

Sebulan lagi saya menginjak usia 21 tahun, usia yang makin banyak lika-likunya tentu saja. Tapi dari segala nestapa yang ada, saya masih sangat berharap saya menjadi lebih baik. Tidak mudah menjadi orang baik, dan saya mengakui itu.

Btw saya nulis ini malam Minggu pas rintik hujan. Saya tidak punya teman untuk menceritakannya. Semua teman saya terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Ingin curhat dengan keluarga takut membebani. Makanya satu-satunya cara menyalurkan kegundah gulana-an hati saya dengan ngeblog. Blog sudah semacam buku diary buat saya. Saya bisa mencurahkan masalah yang menyelimuti pikiran saya. Walaupun tidak bisa saya ungkap secara menyeluruh, namun cukup membantu mengurangi dilema.
12 Agustus 2017
Kartika
Mahasiswa yang lagi galau    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis