Selasa, 28 November 2017

Yakin Kita ini Teman?




Foto: Google
Perjalanan menuju “sarjana” benar-benar terjal. Ada saja “musuh-musuh” yang menghampiri. Tapi saya ini kan jagoan, jadi musuh-musuh pasti sukses terlibas (ya walaupun sampai berjuang berdarah-darah untuk menumpas musuh).
    Tak hanya terjal, perjalanan ini juga membuat saya menjadi mandiri, sungguh. Selama hampir 4 tahun kuliah, di titik inilah saya merasa benar-benar hebat. Hebat dalam artian, saya mampu melakukan sesuatu yang saya pikir saya tidak mampu, tapi nyatanya saya mampu.
     Perlahan saya mulai mencoba untuk tidak merepotkan orang lain. Bukan karena saya sudah mampu untuk berdiri sendiri. Namun saya sadar, orang lain tidak selalu ada untuk kita. Tidak ada kepastian, kapan dia berada di pihakmu.
   Di usia kepala 2, saya akhirnya percaya, jika menggantungkan sesuatu kepada manusia maka kecewa yang didapat. Saya percaya, karena saya sering merasakannya. Nelangsa memang jika kecewa itu berasal dari orang yang kita anggap dekat.
      Tapi ya beginilah hidup. Ada pahit, asam, manis, asin. Sepertinya saya saja yang terlalu egois menganggap semua rasa itu sama. Padahal realitasnya?
     Saya bukan seorang Buddhis, tapi saya percaya akan hukum karma. Karma itu ada! Saya mengecewakan orang, lalu saya dikecewakan, dan orang yang mengecewakan saya akan kecewa juga.
   Apakah saya menyalahkan mereka yang telah mengecewakan saya? NO! saya yang terlalu manja, dan mereka juga tidak pernah berniat dan berjanji untuk “membahagiakan” saya.
     Eh ini bukan soal asmara ya. Sudah lama saya tidak pernah galau karena asmara. Bagi saya “bermasalah” dengan orang dekat (dalam hal ini; teman, sahabat; keluarga), lebih membikin hati berantakan daripada perkara asmara.
             
Kini saya mengerti. Pada akhirnya, saya harus berjuang sendiri. Semua harus berjuang sendiri.
ASUdahlah . .
Kartika
Yang lagi kecewa sama “teman”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis