Foto:
Google
Akhir-akhir ini saya sering berpikir mengenai
masa depan. Ya, mau dibawa ke mana saya ini, setelah menyelesaikan S1. Kerja,
lanjut kuliah, atau menikah (khusus yang terakhir dicoret saja).
Pilihan terbijak, saya kerja. Ya, kerja!
Eh tapi kerja apa?
Menuruti kata hati, saya ingin
bekerja sesuai passion saya. Alangkah bahagianya jika hoby juga menjadi
pekerjaan. Perasaan saya ringan seperti kapas. Menjalaninya juga akan terasa
indah, sepertinya.
Yang jadi masalah terbesar, kedua
orangtua saya tidak menyetujui rencana kerja saya. Kami pernah berdiskusi, dan
berakhir dengan kata “jangan”. Bukan
jangan dalam artian mutlak. Tapi jangan relatif.
“Kalau nggak ada yang bisa kamu
perbuat lagi.” Sederhananya mereka berkata seperti itu. Rumitnya, mereka ingin
saya berikhtiar untuk pekerjaan yang idaman menurut mereka.
Sampai di sini, saya cuma bisa
berpikir. Ya mau ngapain lagi, kalau nggak mau berpikir.
Jika saya mengikuti versi orangtua,
rasanya tak rela. Mungkin bisa dibilang berat hati. Kamu dipaksa terjun dalam
hal yang tak kamu cintai. Tapi kalau tetap ngotot dengan pilihan saya. Wah
betapa kampretnya saya ini. Untuk apa sih kita hidup di dunia ini, kalau bukan
membahagiakan orangtua?
Dari kecil saya dirawat, disekolahkan,
dikuliahkan, dikirim uang tiap bulan (sampai orangtua rela ngutang sana-sani),
lalu saya mengabaikan begitu saja keinginan orangtua. Layak banget saya dikutuk
seperti Malin Kundang. Ahh benar kata iklan: Jadi orang
dewasa itu menyenangkan, tapi susah dijalani.
Jadi kesimpulan dari koar-koar saya
sedari tadi: Doakan saya lulus kuliah terlebih dahulu. Nanti akan saya update bagaimana keberlangsungan hidup
saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar