sumber foto: https://wallpapersafari.com/cool-anime-landscape-wallpapers/
Kurang beberapa hari dari sekarang, jika semesta masih berkenan, umurku akan berlabuh di
angka 25. Angka di mana katanya seseorang memasuki masa awal beranjak dewasa. Masa
di mana seharusnya sudah mempunyai pencapaian gemilang nan membanggakan.
Ntahlah,
bagiku tak ada bedanya setiap perlintasan umur yang kulalui. Aku masih merasa
monoton dan statis. Aku masih gampang marah, tersinggung, baper, dan cemburu
dengan hal-hal yang bagi orang dianggap tidak penting.
Sifat
yang melekat di ragaku saat ini, benar-benar sangat jauh dari kriteria manusia
dewasa. Mungkin hanya umur dan fisikku saja yang kian menua, tapi mentalku
masih di fase remaja labil – atau bahkan anak-anak.
Dari
Januari hingga Agustus, banyak sekali moment-moment yang kualami. Beraneka
kejadian dan juga pengalaman yang membuat mentalku kalang kabut mengahadapinya.
Ada
momen manis, sangat manis yang membuatku ingin menangis karena aku merasa ini
tidak nyata. Amarah dan resah yang juga turut serta. Frustrasi dan kekecewaan
yang menyebabkan aku ingin “menjedot-jedotkan” kepalaku di dinding. Tak lupa
tangisan pengantar tidur yang selalu terjadi setiap keinginanku ingkar janji.
Semua rasa itu kemudian berakhir dengan sebuah refleksi. Refleksi perasaan, aku menyebutnya. Aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri sampai kapan aku akan menjadi seseorang dengan versi seperti ini? Kapan aku akan berubah menjadi seseorang yang menyenangkan dan bisa dibanggakan? Kapan aku bisa menjadi pendengar yang baik? Kapan aku bisa mengerti orang lain? Kapan? Kapan? Kapan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar