Ayeehhh ayeehhh Captain
Kekatrok-an dan
ndesoku pun mengakibat munculnya sensasi takjub yang meletup-letup, ketika ada
sampan yang tertangkap mataku.
Nah, takdir sepertinya sedang berbaik hati. Beberapa waktu
yang lalu aku mendapat kesempatan berkelana ke kabupaten tetangga. Desa Rawasari, Kecamatan Berbak, Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, ialah latar tempat kisah ini bermula.
Tahu nggak kenapa dinamakan Desa Rawasari? Ya kalau dinamakan Adem Sari, nanti dikira obat radang tenggorokan. Wqwq bukan deng. Intinya sih karena di sana banyak terdapat rawa.
Tahu nggak kenapa dinamakan Desa Rawasari? Ya kalau dinamakan Adem Sari, nanti dikira obat radang tenggorokan. Wqwq bukan deng. Intinya sih karena di sana banyak terdapat rawa.
Lagi-lagi aku terpukau. Di sana, rawa menjadi halaman rumah masyarakat. Iya rawa itu
di depan rumah nian. Fakta tersebut
pun diproses kilat otakku, dan kemudian menciptakan kondisi yang sungguh manis
sekali.
Bayangkan dan resapi apa yang kurasakan sodara-sodara. Berimajinasi di depan rumah, diiringi angin
yang sepoi-sepoi, tak lupa segelas es teh. Dan moment yang paling menggetarkan
ketika menyaksikan pompong, hilir mudik di depan mata.
Aduh Mama sayange, rasanya aku seperti sedang berada di Belanda. Cuma yang ini Belanda rasa kearifan lokal. Kalau versi Belanda, di sekeliling sungai
dipenuhi bunga-bunga. Kalau di Rawasari kulihat saja banyak pohon sawit.
Ah sudahlah. Nanti kalian jadi pengen ke Rawasari lagi. Inti dari tulisan ini: Aku katrox bin ndeso dan aku baperan. Udah gitu aja.
Ah sudahlah. Nanti kalian jadi pengen ke Rawasari lagi. Inti dari tulisan ini: Aku katrox bin ndeso dan aku baperan. Udah gitu aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar