Sumber: Meme Comic Indonesia
10 hari saya hidup tanpa sinyal. Rasanya
benar-benar pro kontra. Poin pro-nya, saya bahagia karena terbebas rasa sensi
dan penyakit iri hati.
Gini maksudnya, puasa melihat update-an di sosial media
ada faedahnya. Saya bisa terhindar dari "zina mata" dan tidak sensi
melihat postingan teman yang sedang panen kesuksesan.
Kontra-nya, tidak ada tempat pelarian di
kala sepi melanda hati yang terdalam.
Saya bingung mau ngapain. Ke sungai, nggak bisa berenang. Main sapi, takut
diseruduk. Manjat kelapa, duh nggak mungkin sekali.
Ntah deh ah, mungkin saya sudah terkena konspirasi teknologi. Sehingga eksistensi hidup, bergantung pada kecanggihan jaman.
Ntah deh ah, mungkin saya sudah terkena konspirasi teknologi. Sehingga eksistensi hidup, bergantung pada kecanggihan jaman.
Dasar cement sekali!
Selain tidak ada pelarian. Kehampaan
sinyal membuat saya merasa seperti Malin Kundang. Iya saya anak durhaka.
Bayangin aja hampir 2 Minggu nggak ada
ngabarin orangtua. Walau sebelumnya saya sudah bilang akan
"berkelana", yang namanya orangtua pasti cemas parah. Yakin deh.
Kesimpulan dari curhatan maha nggak
penting ini; hidup emang nano-nano. Dan kita harus siap ketika dapat rasa mana
pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar