Ini bukan fakta penting sebenarnya
sih. Tapi biar aku ada update status,
jadi tolong banget anggap hal ini penting ya. Walau kalian terpaksa.
Buat yang kenal denganku, pasti sudah
pada paham dengan kebiasaanku menutup mulut dan hidung dengan tangan ketika
tertawa atau setelah berbicara.
Bagi yang baru pertama kali pandangan
pertamaku pasti merasa heran.
Ini orang kenapa yak. Apa ada yang bau.
Ini orang kenapa yak. Apa ada yang bau.
No temans. Ini bukan tentang bau. Ciyuz
dweh.
Sejarah kebiasaanku ini bermula ketika
jaman SD, dua gigi atasku tidak tumbuh seperti kaidah pergigian yang baik,
benar, dan rapi. Tidak memenuhi standar model iklan Pepsodent.
Dua gigiku ini malah seperti lomba cross motor, "jumping" sodara-sodara.
Dua gigiku ini malah seperti lomba cross motor, "jumping" sodara-sodara.
Karena alasan agar tidak minder/diejek
teman, Ibu kemudian menyuruhku menutup mulut dengan tangan ketika tertawa. Aku
pun mengikutinya.
Lambat laun, itu menjadi kebiasaan.
Mendarah daging dari aku masih anak-anak sampai kini aku seorang (menuju)
Ibu-ibu.
Well, aku sebenarnya sudah berikhtiar
meninggalkan kebiasaan ini. Bukan karena gigiku sudah rapi. No. Gigiku masih gini-gini
aja. Cuma aku sudah nggak minder lagi. Ya udah sih kan ya.
Cuma ya ternyata susah “move on” dari
kebiasaan ini . . mengingat ini sudah berlangsung sangat sangat lama, dan seringnya
aku juga tanpa sadar melakukannya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar