Sabtu, 17 Maret 2018

Menikah? Hmmm





Just Married, painting by. Gordon Johnson



Jujur saya sering mendadak kepengen nikah kalau melihat teman upload foto pernikahannya. Drama dan cerita di Wattpad juga turut andil. Semuanya memiliki cerita tentang pernikahan yang bahagia. Suami tajir, ganteng, romantis, yang posesif dan sayang setengah mati dengan pasangan. Adegan-adegan yang membuat saya gigit jari dan bertanya dalam hati,”duh kapan ya?”. 

Kehadiran sang buah hati juga turut mewarnai kisah kasih ini. Sepasang anak yang lucu, pintar, dan menggemaskan sungguh membuat iri hati. Ya walaupun pengganggu rumah tangga hadir, tapi sama sekali tak berarti. Semuanya berakhir bahagia selamanya. Ulululuuu

Tapi itu kan di drama sama cerita fiksi, emang di kisah nyata ada?
Ada! Walaupun saya tidak tau siapa saja yang beruntung memiliki kisah cinta seperti itu. Yang jelas di dunia nyata, laki-laki yang saya anggap jelmaan drama dan Watppad adalah Glenn Alinskie. Yups, dia benar-benar tipe idaman.

Sayangnya Glenn Alinskie cuma ada satu. Itu pun sudah dimiliki Chelsea Olivia. Dan pria yang ada di dunia ini tentu memiliki sifat yang berbeda-beda. Tidak ada yang sama persis dengan Glenn.

Kembali ke topik awal, apakah saya ingin menikah?
Ya!
But you know, apalah yang bisa pasti dari perasaan manusia. Keinginan saya itu kadang juga bisa sirna seketika. Dan dipikir-pikir lebih banyak alasan untuk menghilangkan keinginan untuk menikah. Jujur saya melihat rumah tangga orang lain sebagai tolak ukur, dan saya lebih banyak menemukan hal-hal pedih.

Suami selingkuh, diceraikan sepihak oleh suami (padahal masih cinta), suami hobi main judi, dipoligami secara diam-diam oleh suami, suami tempramen, suami pemalas. Di kasus saya ini, suami menjadi “tersangka” utama. Walaupun di kejadian lainnya, banyak rumah tangga yang berantakan karena faktor sang istri. Tapi sekali lagi, ini kejadian yang terjadi di sekeliling saya dan dialami oleh teman-teman saya.

Jujur saya sudah cemas di awal ketika melihat itu semua. Bahkan teman saya pernah bilang kepada saya, bahwa kalau thau menikah itu kayak gini rasanya dia tidak akan menikah. Hell yah, itu kalimat mengerikan untuk seorang perempuan single seperti saya.

Jadi maunya gimana?
Kemarin saya sempat baca cerita di Watppad dan saya terinspirasi. Tapi ini benar-benar hal yang konyol dan tabu di Indonesia. Kalau beneran saya melakukan ini, saya yakin 100% saya akan diusir oleh orangtua. Dilaknat Tuhan, dijauhi oleh masyarakat, dan sanksi sosial lainnya.

Saya ingin punya anak tanpa harus menikah.

Adopsi? No!
Tetangga saya dulu ada yang mengadopsi anak, tapi giliran anak itu sukses ia melupakan orangtua adopsinya. Kamvret tidak sih.
Saya ingin punya anak kandung titik.
Karena saya bukan cacing yang bisa menghamili diri sendiri, maka saya butuh “partner” tentu saja.

Lihat, betapa luar biasanya pemikiran saya. Luar biasa bejatnya. Untuk itu, jika kalian membaca tulisan ini mohon luangkan waktu sejenak untuk mendoakan saya. Semoga saya menemukan pasangan yang ala-ala Glenn Alinskie. Tajir, ganteng, romantis. Semoga saya selalu diberi kesadaran bahawa saya ini orang orang Timur.

Kartika
Yang otaknya sering oleng

Saya Siapa?




Foto: Dari Google


Ada yang bilang jika setelah usia 20 tahun kita tidak akan merasa tenang lagi. You know, saya sangat setuju dengan kalimat tersebut. Malah menurut saya, kedamaian akan hilang ketika kita tamat SMA. Saya merasakan. Benar-benar merasakan.

Saya sudah tidak ingat kapan terakhir kali saya benar-benar merasa lega selega-leganya. Ada saja hal yang sukses menjadi penyebab kerisauan. Kalau kata Lenka, Trouble is Friend.

Saya cemas memikirkan studi, memikirkan karir, memikirkan keluarga, memikirkan asmara. Dari segala kecemasan tersebut, terkadang saya merasa itu terlalu alay untuk dicemaskan. Entahlah, di sisi lain saya merasa cemas tapi di sisi lain kecemasan itu tidak seharusnya ada. 

Bukan hanya kecemasan yang membuat hidup saya tidak tenang. Sometimes saya sering merasa ragu dengan diri saya sendiri. Ya, saya meragukan. Banyak hal yang membuat saya ragu akan diri saya sendiri yang labil. Kadang saya malah tidak kenal dengan saya.

Saya ini siapa?
Sebuah pertanyaan yang bisa membuat saya akhirnya mengheningkan cipta.

Saya tidak tau apa penyebab dari ini semua. Dugaan terbesar karena saya sering nonton drama Korea, sehingga saya sering mendramatisir keadaan. Mungkin juga karena saya sering baca buku Filsafat tapi hanya setengah-setengah. Kan kata orang kalau melakukan sesuatu harus totalitas, kalau tidak ya jadi kayak saya. 

Dari segala prasangka yang ada, hubungan saya dengan Sang Pencipta mungkin yang paling andil. Saya bukan atheis, sungguh. Saya percaya Tuhan itu ada, tapi saya juga bukan seseorang yang religius. Sholat masih sering bolong-bolong, masih suka bohong, kadang ngelawan sama orangtua, jarang sedekah, kadang nonton bokep. Ahh intinya saya ini lebih cocok dikatakan pendosa.

Sebulan lagi saya menginjak usia 21 tahun, usia yang makin banyak lika-likunya tentu saja. Tapi dari segala nestapa yang ada, saya masih sangat berharap saya menjadi lebih baik. Tidak mudah menjadi orang baik, dan saya mengakui itu.

Btw saya nulis ini malam Minggu pas rintik hujan. Saya tidak punya teman untuk menceritakannya. Semua teman saya terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Ingin curhat dengan keluarga takut membebani. Makanya satu-satunya cara menyalurkan kegundah gulana-an hati saya dengan ngeblog. Blog sudah semacam buku diary buat saya. Saya bisa mencurahkan masalah yang menyelimuti pikiran saya. Walaupun tidak bisa saya ungkap secara menyeluruh, namun cukup membantu mengurangi dilema.
12 Agustus 2017
Kartika
Mahasiswa yang lagi galau    

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis