Sabtu, 28 Oktober 2017

Mencoba Menjadi Masokis untuk Melawan Sakit Gigi




"Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati."
Beberapa tahun silam, Almarhum Meggy Z berkata seperti itu dalam lagunya. Sungguh, itu bukan aku sekali. Daripada sakit gigi aku lebih memilih nonton drama Korea sampai ratusan episode. Sakit gigi itu sakit (yaiyalah).
Alkisah, aku baru saja membeli sebungkus permen. Dan rakusnya, permen dalam jumlah banyak itu langsung aku habiskan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Sampai di sini, kalian sudah tahu lah gimana kelangsungan hidupku kelak.
Kekalap-anku memakan permen tidak langsung berefek seketika. Aku masih diberikan waktu untuk menikmati indahnya dunia. Tapi . . Tengah malam semua berubah. Negara api menyerang. Kenapa gigiku cenat cenut tiap ada kamu (?).
Rasa manis berlebihan yang kukonsumi menjalar ke gigi gerahamku. Menimbulkan rasa cenat cenut yang tak enak sekali. Ciyuz deh, cenat cenut sakit gigi tak senikmat cenat cenut jatuh cinta.
Tengah malam bukanlah waktu yang tepat untuk menjadi seorang pesakitan. Kucoba berfikir menyelesaikan cobaan ini. Sialnya obat gigi yang kupunya sudah kadaluwarsa semua. Kalau tetap nekad kukonsumsi aku bisa sembuh. Sembuh selamanya.
Mau beli obat di luar jelas tidak mungkin. Ini tengah malam menuju dini hari. Bisa-bisa aku dikarungi oleh Om-om. Toh warung di sekitar kos-ku juga sudah pada tutup. Ya sudah kutahan saja rasa sakit yang kian mendera, sambil berikhtiar waktu lekas berlalu.
Aku sempat terpejam sejenak. Ya benar-benar sejenak, karena ngilu ini berhasil membangunkanku. Akhirnya aku mencoba metode penyembuhan dari dalam. Maksudku, melalui sugesti.
Aku mendoktrin diriku, bahwa aku seorang masokis. Tahan segala jenis sakit. Makin sakit makin puas. Sakit membuat bahagia. Sakit itu berkah. Beberapa menit aku memprospek diriku, dan mencoba kembali tidur agar bisa mimpi indah bertemu Lee Min Ho.
Nyatanya ini semua gagal total. Teknik doktrin diri sendiri, tidak manjur sama sekali.
Aku bukan seorang masokis. Bagiku sakit ya sakit. Tidak membuat puas, tapi membuat menderita. Sakit bukan sesuatu untuk dinikmati tetapi harus diobati. Ya diobati!
Apa yang terjadi terjadilah. Di tengah malam aku sibuk merebus air. Setelah hangat-hangat kuku, air tersebut ditambah garam lalu kugunakan untuk berkumur-kumur. Hasilnya, lumayan meredakan nyeri dan bisa membuatku tidur.
Overall, kalian tentu bisa mengambil pelajaran dari kisah penuh cenat-cenutku ini. Jangan makan permen kebanyakan! Tidak hanya permen sih, segala sesuatu yang berlebihan tentu tak baik. Begitu pun dengan cinta, kalau kata Freddie Mercury,"Too much love will kill you."
Hidup juga jangan kebanyakan mikir. Maksudku, berpikir itu perlu tapi realisasi juga perlu. You need real action (benar gitu ya tulisannya?). Sampeyan bukan Socrates, yang hasil mikirnya dipelajari dan menjadi rujukan banyak orang.
Terakhir sekaligus terpenting. Tidak usahlah menjadi seorang masokis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis