"Lebih
baik sakit gigi daripada sakit hati."
Beberapa tahun silam, Almarhum Meggy
Z berkata seperti itu dalam lagunya. Sungguh, itu bukan aku sekali. Daripada
sakit gigi aku lebih memilih nonton drama Korea sampai ratusan episode. Sakit
gigi itu sakit (yaiyalah).
Alkisah, aku baru saja membeli
sebungkus permen. Dan rakusnya, permen dalam jumlah banyak itu langsung aku
habiskan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Sampai di sini, kalian sudah
tahu lah gimana kelangsungan hidupku kelak.
Kekalap-anku memakan permen tidak
langsung berefek seketika. Aku masih diberikan waktu untuk menikmati indahnya
dunia. Tapi . . Tengah malam semua berubah. Negara api menyerang. Kenapa gigiku
cenat cenut tiap ada kamu (?).
Rasa manis berlebihan yang kukonsumi
menjalar ke gigi gerahamku. Menimbulkan rasa cenat cenut yang tak enak sekali.
Ciyuz deh, cenat cenut sakit gigi tak senikmat cenat cenut jatuh cinta.
Tengah malam bukanlah waktu yang
tepat untuk menjadi seorang pesakitan. Kucoba berfikir menyelesaikan cobaan
ini. Sialnya obat gigi yang kupunya sudah kadaluwarsa semua. Kalau tetap nekad
kukonsumsi aku bisa sembuh. Sembuh selamanya.
Mau beli obat di luar jelas tidak
mungkin. Ini tengah malam menuju dini hari. Bisa-bisa aku dikarungi oleh Om-om.
Toh warung di sekitar kos-ku juga sudah pada tutup. Ya sudah kutahan saja rasa
sakit yang kian mendera, sambil berikhtiar waktu lekas berlalu.
Aku sempat terpejam sejenak. Ya
benar-benar sejenak, karena ngilu ini berhasil membangunkanku. Akhirnya aku
mencoba metode penyembuhan dari dalam. Maksudku, melalui sugesti.
Aku mendoktrin diriku, bahwa aku
seorang masokis. Tahan segala jenis sakit. Makin sakit makin puas. Sakit
membuat bahagia. Sakit itu berkah. Beberapa menit aku memprospek diriku, dan
mencoba kembali tidur agar bisa mimpi indah bertemu Lee Min Ho.
Nyatanya ini semua gagal total.
Teknik doktrin diri sendiri, tidak manjur sama sekali.
Aku bukan seorang masokis. Bagiku
sakit ya sakit. Tidak membuat puas, tapi membuat menderita. Sakit bukan sesuatu
untuk dinikmati tetapi harus diobati. Ya diobati!
Apa yang terjadi terjadilah. Di
tengah malam aku sibuk merebus air. Setelah hangat-hangat kuku, air tersebut
ditambah garam lalu kugunakan untuk berkumur-kumur. Hasilnya, lumayan meredakan
nyeri dan bisa membuatku tidur.
Overall, kalian tentu bisa mengambil
pelajaran dari kisah penuh cenat-cenutku ini. Jangan makan permen kebanyakan!
Tidak hanya permen sih, segala sesuatu yang berlebihan tentu tak baik. Begitu
pun dengan cinta, kalau kata Freddie Mercury,"Too much love will kill you."
Hidup juga jangan kebanyakan mikir.
Maksudku, berpikir itu perlu tapi realisasi juga perlu. You need real action (benar gitu ya tulisannya?). Sampeyan bukan
Socrates, yang hasil mikirnya dipelajari dan menjadi rujukan banyak orang.
Terakhir sekaligus terpenting. Tidak
usahlah menjadi seorang masokis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar