Sejatinya pemberhentian
ini memberiku kabar pada ribuan sabar yang memaku di papan waktu,
dan biarkan jejaring diam memapah tiap lelahku,
pada pangkuan hujan yang ramah namun basah – menyerupai bibirmu
Di remang hatiku,
berdiri pejalan sendu di dekat pepohonan randu yang mulai menguning,
ia bercakap-cakap dalam bahasa yang mengingatkan
aku akan senja yang teduh – seteduh matamu
Sementara deru dan debu meludahi ketegaranku, hanya
debur dadamu penyembuh paling ampuh – “tak apalah” batinku
Seingatku tiada yang
lebih tenteram dari senyummu
dibandingkan dengan
dedaunan bintang langit yang memperhatikanku semenjak tadi
telapak rindu
merengkuhku erat,
bernafas pun sulit –
apalah arti sesak yang senikmat ini?
bukan kepalang mauku
tenggelam pada secangkir janji yang hangat, di kesatuan dimensi, pada suatu
masa, di musim penghujan
Pada kata tiada,
hanya ada aku yang tetap terjaga
jadi “tak apalah”
ulangku,
lagi
Dari sepanjang kisah, keterlambatanmu yang mana yang tidak
kutunggu?
Source: https://www.kaskus.co.id/thread/50ca9dcb1a76080033000016/kesatria-rapuh/1/?order=asc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar