Rabu, 05 Agustus 2020

Belenggu di Hari Rabu

 


Kalau boleh memilih, aku ingin hidup di kosan saja. 24 jam di kosan dan hanya keluar untuk bertemu kurir dan juga membeli kebutuhan yang tidak bisa dibeli secara daring. 

Toh aku sudah berpengalaman dalam hal mengurung diri di kosan. 

Menjadi kaum rebahan sepertinya pilihan bijak daripada harus menyaksikan kisah pedih di bumi. 

Kamu tahu, hatiku selalu ngiluh setiap melihat pejuang kehidupan di luar sana.

Bapak-bapak tua penjual koran di lampu merah. Seorang Ibu dan anak dengan gerobak sampah di sebelahnya. Penjual sate yang ketiduran, menunggu pembeli. Tukang kembang tahu yang harus berjalan puluhan kilometer. Tukang batagor dan sol sepatu yang melamun sedih. Tukang ojek pangkalan dan online yang sama-sama kelelahan menunggu orderan. 

Sebenarnya masih banyak lagi mereka-mereka yang membuat hatiku pilu. Tercubit. Dan bagian yang paling menyedihkan: aku tidak bisa berbuat apa-apa. 

Kalau aku mampu, ingin kuminimalisir beban mereka. Namun aku terlalu dihadapkan dengan kondisi lain. Kebutuhan pribadi, orangtua, dan tabungan. 

Malu rasanya semua hanya sebatas empati tanpa ada aksi dariku. Tapi bagaimana? Aku tidak bisa mewujudkan semua keinginanku. 

Dari hati yang terdalam, aku berdoa semoga mereka yang tengah berjalan, selalu dikuatkan dan dimudahkan oleh Tuhan. Semoga rezeki yang didapat juga berkah dan bisa bermanfaat bagi mereka dan keluarga. 

Sungguh aku ingin melakukan tindakan. Tidak sebatas mendokan. Ya Tuhan, semoga ada jalan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis