Jumat, 19 Juni 2020

Terlalu Aman Bisa Berakibat Hampa




Hampir separuh tulisan absurdku lahir di masa patah hati. Cidro ambyar gitu sobat. Saat itu sih kuanggap patah hati paling serius, eh kalo sekarang mah kumerasa itu sangat sangat cement.
Di momen sentimentil itu, aku benar-benar produktif curhat colongan. Dalam sehari aku bisa menuntaskan beberapa tulisan yang isinya kepedihan semua. Kondisi itu berbanding terbalik dengan yang kualami saat ini.
Rasa aman-aman saja di percintaan, membuat inspirasiku tak terdeteksi. Diksi-diksi manis manjah itu ntah ke mana lagi. Ciyuzz deh, merampungkan 1 paragraf saja rasanya aku pengen tumpengan saking bersyukurnya.
Jadi kamu ngerti kan kenapa hampir 2 bulan blog-ku sepi. Padahal kondisi hatiku sedang tidak sepi loh (iya emang nggak ada hubungannya).
Dibilang stabil banget ya nggak juga sih. Aku masih sering naik darah (iya orang lain naik pangkat, naik haji, aku malah naik darah). Misuh-misuh pun masih menjadi kegiatan yang kugemari hehe. Galau pun hanya datang sesekali saja (kalo kita nunggu kabar, dia malah push rank terooossss).
Intinya beberapa bulan terakhir ini psikologisku lebih baik dari sebelumnya. Dan aku sangat mensyukurinya.
Tapi terlalu aman kadang memang berakibat hampa. Ada beberapa sensasi yang raib. Sensasi yang hanya kutemukan ketika pikiranku tak dapat kupahami, kaki di kepala, kepala di kaki (ah elah malah nyanyi).
Kangen main drama-drama’an ih hahaha. Kangen malu malu tapi mau. Auh ahh hahaha.


Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis