Berada di stasiun Senen Jakarta aku merasa seperti telah berada di Semarang, iya Semarang. Gimana enggak coba, kebanyakan orang yang aku temui dari supir taxi, calo tiket, petugas keamananan, kebersihan, dan penumpangnya ngomongnya “Jowo kabeh” :D
Setelah mengantri tiket kami duduk-duduk seperti anak ayam kehilangan teman-teman bergosipnya, benar-benar terlihat seperti perantau yang pertama kali datang ke kota besar, letih, lesu, lemah, muka pucat, keringat dingin, ahh intinya kelaperan lah semuanya :D Untung saja ada Indomaret yang berada di sekitar stasiun, ajaib ya di sekitar stasiun ada Indomaret, saya pikir cuman ada di Mendalo aja :D
Singkat cerita akhirnya kami berhasil merampok Indomaret dengan penuh pengorbanan, hasilnya yaa lumayan ,,, satu bungkus roti tawar dan satu sachet susu cair cokelat, berhasil menenangkan sejenak demo besar-besar’an seperti protes kenaikkan harga bbm di perut kami *apaan sih :D
Kata Mbak Calo yang sempet aku tanyain, perjalanan dari Jakarta menuju Semarang ditempuh dengan waktu sekitar 6 jam, yaa paling molor 1 jam-an lah. Mengingat waktu tempuh yang lumayan lama, akhirnya kami memutuskan untuk membeli nasi bungkus untuk bekal di kereta, soalnya harga makanan di kereta itu mehong-mehong teman *kan masalah dana lagi :D Akhirnya Kak Icha dan Isma yang bertugas membeli nasi bungkus, aku dan Dhila bertugas menjaga koper-koper orang Jambi *ciyee orang Jambi :D
Waktu keberangkatan semakin dekat, tapi Kak Icha dan Isma belum kembali-kembali juga. Gilaa,,,hatiku mulai cemas tak menentu, memikirkan takdir yang terkadang entahlah ini ,, Ahh kayaknya Kak Icha sama Isma beli nasi bungkusnya di Uni Baru deh :D Kembali terdengar suara petugas yang mengingatkan bahwa kereta gumarang tujuan ke Semarang hampir tiba dan penumpang diharapkan untuk bersiap-siap. Ahh sibuk banget sih itu petugas, gak tau apa pasukan belum lengkap.
Akhirnya di sisa-sisa waktu terakhir Kak Icha dan Isma datang juga, langsung saja kami ngegolin di menit-menit terakhir eh maksudnya langsung saja kami bergerak menuju kereta. Ahh rupanya kami dihadang oleh petugas stasiun yang roman-romannya ingin memodusin kami, dalam hati aku mengumpat sejadi-jadinya “ahh sudahlah Mas, ini waktu genting, please jangan modusin kami dulu” ehh ternyata ini area pemeriksaan KTP, prosedur mengharuskan semua wajib melihatkan KTP sebelum naik kereta,, ahh ternyata,,, udah ge’er padahal :D
Setelah semua selesai, kami hanya tinggal menunggu kereta datang, hari ini suasana stasiun cukup rame , sepintas terlihat lumayan banyak penumpang yang akan pergi ke Semarang dan sekitarnya. Sayup-sayup mulai terdengar suara bising nan menghebokan dari kejauhan, suaranya hampir sama dengan motor vespa yang sempat Ayahku milikki, namun harus direlakan karna kejamnya Ibuku *kan urusan RT dibawak :D beberapa detik kemudian kereta mulai terlihat memasuki stasiun dan haaappp,, berhenti tepat di hadapanku,, Sumpah ini pertama kalinya aku melihat kereta api secara langsung,, ternyata panjang ya,, odong-odong gak ada apa-apanya deh :D
Aku mulai mencari-cari kursiku, tengok kanan, tengok kiri, yakkk akhirnya ketemu ,, horeee :D:D tapi tiba-tiba nyaliku menciut saat melihat tempat duduk yang sebagian telah terisi. Di kereta Gumarang ada 2 kursi yang saling berhadapan dan gilaa 1 kursi diisi oleh 3 orang, dan lebih gila lagi ternyata kursi-kursi disekelilingku penghuninya adalah cowok semua, dan makin gila lagi aku duduknya di tengah, dan tambah gila kok kursiku udah ada yang duduk di situ sih.
Aduhh langsung gak enak hati rasanya, sempat kepikiran pengen duduk gelar koran di lantai aja, atau berdiri dengan manisnya sampai kota Semarang, atau loncat aja dari jendela dan balik lagi ke Jambi :D tapi untunglah hatiku masih sempat berfikir dengan jernih, dan akhirnya dengan memberanikan diri aku menghampiri mereka,dan memulai percakapan yang sampai sekarang masih terekam dengan jelas.
A = Aku, Ms = Mas Songong
Begitulah sekilas percakapan yang harusnya dilupakan, tapi entah kenapa malah menjadi yang paling diingat sampai sekarang. Ahh menyakitkan L
Terhitung ada 4 orang laki-laki di sekelilingku, di sebelah kiriku ada laki-laki yang sepertinya korban K-pop karena gayanya mirip Boyband yang sebut saja namanya Mas Cucok *selidik punya selidik dia adalah tukang make up artis FTV jadi agak gimana gituu gayanya cynnn :D kemudian di depan Mas Cucok ada Pak Rame *Dia yang paling rame alias seneng cerita, dan di sebelah Pak Rame ada Mas Bogor *sebenarnya orang Jawa tapi kelamaan tinggal di Bogor, dan di sebelahnya Mas Bogor ada... ahhh males banget saya nyebutinnya,,, ada Mas Songong, iya Mas Songong *sumpah terpaksa nyeebutin :D
Beberapa menit berlalu, dan beberapa jarak telah berhasil ditempuh. Aku masih tetap saja menjadi wanita kalem dan pendengar cerita-cerita dari Pak Rame, Mas Cucok dan Mas Bogor. Tapi ternyata gak enak ya jadi wanita kalem terus, pengen gabung cerita ahh, bosen diem terus, akhirnya aku mulai masuk ke percakapan mereka dengan pura-pura bertanya, ahh rupanya mereka bertiga sangat welcome denganku,,, dengan senang hati mereka mempersilahkanku masuk ke dalam cerita-cerita mereka.
Entah karena aku bergolongan darah O yang katanya mudah berbaur, berteman, entah karena aku emang orangnya mudah akrab dengan semua golongan terutama Bapak-Bapak :D Akhirnya gak pakek lama-lama lagi obrolan kami ber-empat berhasil tercipta,pokoknya udah seperti talkshow saat weekend :D
Sangat banyak hal-hal yang kami obrolkan, mulai dari tempat-tempat yang kami lewati, tentang pekerjaan, kondisi Jakarta, kondisi keluarga, ahh terlalu banyak untuk disebutkan lah :D Aku sendiri juga menceritakan tentang asalku yang dari Sumatera, Jambi tepatnya yang cukup membuat mereka shock “Hah,, jauh banget Mbak sampai ke Semarang”, lalu aku juga menceritakan tentang asal-asalku yang sebenarnya orang Jawa tapi karna takdir akhirnya nyungsep di Sumatera. Mereka bertiga*Mas Songong gak, sepertinya cukup interest dengan aku,, ehh maksudnya ceritaku :D
Senang rasanya bisa bertemu dengan mereka-mereka, selain sebagai kawan perjalanan yang baik mereka juga banyak memberikanku hal-hal baru, pengalaman dan pandangan baru tentang berbagai hal. Sepanjang perjalanan sudah tak terhitung berapa kali aku tertawa, entahlah cerita Pak Rame luar biasa kocaknya. Terlebih saat beliau bercerita tentang orang Madura yang menyemen dinding rumahnya dengan kotoran sapi yang dicampur dengan kapur.
Aku cukup kaget dan langsung tertawa cekikikan mendengarnya. Saat itu yang pertama kali aku pikirkan ahh betapa baunya coba kotoran sapi itu, masak iya dijadikan pelapis dinding pengganti semen, dicampur sama kapur tulis lagi, aduuhhh gokil mament :D Nah setelah diberi penjelasan oleh Pak Rame aku baru mengerti,, ternyata kotoran sapinya sudah tidak bau lagi, dan kapurnya bukan kapur tulis tapi batu kapur. Ahh aku jadi kagum dengan inovasi yang dilakukan orang Madura, mereka kreatif, benar-benar kreatif. Salut sekali.
Mas Cucok bilang aku kurang beruntung melakukan perjalanan pada malam hari karna tidak bisa melihat birunya laut di Tegal yang katanya bersebelahan banget dengan rel kereta api, bahkan kata Pak Rame saking dekatnya kalau ada tsunami kereta pun akan terkena, ikutan hanyut juga *duuhh amit-amit deh.
Cukup penasaran sebenarnya melihat laut yang katanya benar-benar dekat ini, tapi tidak apa-apalah bisa bertemu kalian juga sudah merupakan keberuntungan yang tak terbantahkan.
Kereta Gumarang masih melaju dengan enaknya, dan kami masih terus mengobrol dengan semangatnya. Tiba-tiba saja Pak Rame melihat ke luar jendela, beliau berkata bahwa ini laut yang di Tegal. Kontan saja aku yang terbilang jarang melihat laut ini langsung beranjak dari tempat duduk dan melihat ke luar jendela. Dan ternyata gelap... pekat tidak terlihat apa-apa *kan malem :D
Sejurus kemudia Mas Cucok bilang kalau Pak Rame itu ngawur, orang sungai masak dibilang laut, kontan saja semuanya tertawa termasuk aku, “Ahh Bapak, mentang-mentang saya orang Sumatera trus main tipu-tipu aja, masak kali dibilang laut sih” kataku dengan expresi mrengut :D
Beberapa kota telah dilalui, dan Semarang masih cukup jauh dari pandangan, sejujurnya mulutku masih semangat 45 untuk mengobrol tapi rupanya mataku tidak,, ia protes, ia lelah, ia minta beristirahat sejenak, ia capek diphp’in senior *loh kok . Ya sudah dengan bersandar di koper aku mulai memejamkan mata, mencoba tertidur di alunan nada rel. Sayup-sayup masih terdengar suara Pak Rame. Selanjutnya aku tidak ingat apa-apa . . .
Mungkin ada beberapa menit aku tertidur, lumayan membuat mataku berhenti protes. Dan sekarang yang protes adalah perutku, meminta diisi BBM sepertinya :D wajar sih kalau aku kelaparan, karna terhitung aku baru makan nasi satu kali pas mau pergi ke bandara, itupun makannya di kantin bude kesayangan, dan makan beberapa suap roti di stasiun.
Akhirnya aku berpindah ke kursi belakang tempat duduk Dhila yang membawa nasi bungkus. Kami ber-empat,pasukan orange mulai makan.. satu suap, dua suap telah berpindah ke perut, kalau boleh berkomentar nasi bungkus khas Padang dengan menu ayam bakar ini kebanyakan lemon sepertinya :D hahaha rasanya asemmm coyy nasinya,,, udah basi gitu bahasa umumnya :D
Sehabis makan aku kembali lagi ke kursi, eh rupanya koperku menghilang, tidak ada di kursi lagi, Ya Tuhan apa yang terjadi, ahh telah berpindah ke atas ternyata. Kulihat seorang Bapak-bapak separuh baya duduk di kursi itu, aku tersenyum sejenak kepadanya saat akan duduk.
“Neng mau ke mana tujuannya” Tanya sang Bapak dengan logat Sundanya yang kental. Ahh kalau orang Sunda berarti asalnya dari Medan ini :D Ngawurr ahh masak orang Sunda asalnya dari Medan, marah nanti orang Kalimantan *nahh :D
Singkat cerita dalam masa-masa bekerja sang anak tergoda oleh seorang laki-laki yang bekerja di Bank yang berbeda. Mengharukan, kisah cinta mereka terbentur regulasi bank yang mengharamkan pegawainya berpacaran, Yaa namanya masa muda ya,, masa yang berapi-api, yang maunya menang sendiri, ya walaupun sudah dilarang mereka masih nekad untuk memadu kasih secara sembunyi-sembunyi, backstreet gituloh istilah kerennya :D
Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga kan kalau menginjak kulit pisang, nah begitu pun mereka, walaupun udah disembunyiin tetep aja deh ketahuan ama bosnya. Akhirnya mereka berdua dipecat . . . . *Tragis.
Meskipun sudah dipecat, kisah cinta mereka tetap berlanjut, berlanjut ke tahap pernikahan malahan. Tapi ternyata umur pernikahan mereka tidak lama,, faktor ekonomi lah yang membuat sang istri ingin cerai, singkat cerita mereka bercerai, sang wanita bekerja di Surabaya dan sekarang bapaknya ingin menengok. *jadi ngomongin orang :D
Cukup lama aku tertegun mendengar cerita Pak Sunda, entah kenapa berjuta pikiran berkecamuk di otakku. Tiba-tiba aku merasa anti dengan nikah muda*bukan anti nikah yak :D “Kuliah dulu yang benar, lulus dengan predikat memuaskan, lanjut S2, kerja dengan upah tinggi, nyekolahin adik-adik, renovasi rumah orang tua, naik hajiin orang tua, baru nikah dan punya anak” gak tau dapat ilham dari mana, mendadak aku mulai mengkonsepkan dan membuat skenario jalan hidupku selanjutnya. Ahh benar-benar efek si Bapak :D
Waktu terus berjalan tanpa disuruh, tak terasa Kota Semarang sudah di depan mata, sebentar lagi aku akan menginjakkan kaki di kota yang terkenal dengan lumpianya ini. Ahh lega,akhirnya sampai juga. Tapi tak bisa dipungkiri kalau sebenarnya aku masih enggan untuk beranjak dari kereta ini, kecerian dengan mereka telah sukses menghipnotis aku untuk berlama-lama lagi di kereta ini. Tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan dan setiap perpisahan tentu diawali dengan pertemuan.
Kereta Gumarang berhenti di Stasiun Tawang, Semarang, dengan sigap Mas Bogor menurunkan koperku, aku berpamitan kepada mereka semua yang masih harus melanjutkan perjalanan sambil berharap semoga suatu saat bisa bertemu lagi. Masih ingat betul ucapan perpisahan dari mereka yang diwakili oleh Mas Bogor “Hati-hati ya Mbak, pokoknya harus ketemu lagi kita, selekas-lekasnya” Duhh mendengar itu terberai langsung hatiku, rasanya pengen kembali duduk ke kereta dan ikut mereka melanjutkan perjalanan ke Surabaya.
“Hati-hati, semoga suatu saat jalan kita bersinggungan, untuk sekedar kembali merangkai dagelan di panjangnya rel kereta api. Terimakasih telah menjadi teman perjalanan yang baik bagi gadis manis dari Negeri Berkabut, Jambi yang paling ujung”