Menghabiskan moment liburan Idul Fitri dengan rebahan di kamar kos, kadang membuatku kehabisan aktivitas apalagi yang harus dilakukan. Tak ayal aku makin jadi tambah kangen dengan keluarga di kampung. Surplusnya waktu yang kupunya membuatku jadi sering mendadak nostalgia.
Seingatku kenangan-kenangan berkesan lebaran tercipta ketika aku masih di
Sekolah Dasar. Fase itu aku benar-benar bahagia ketika lebaran tiba. Ya namanya
juga bocil. Menjelang SMP hingga saat ini lebaran tak semanis dulu lagi.
Apalagi sejak kepergian kedua kakekku, selalu ada ruang kosong yang tak pernah
terisi kembali.
Saat menjadi anak satu-satunya, ketika lebaran ibu bisa membelikanku
pakaian beserta pernak-perniknya hingga 7 stel. Pagi, siang, malam dresscode-ku
berbeda semua. Uang yang kudapatkan dari para sodara juga tak terhingga, walau
ya akhirnya menjadi korban investasi bodong ibuku.
Tak ada pikiran serius di hari lebaran. Setelah berkeliling ke rumah
sodara, waktuku akan habis untuk nongkrong di warung, naik komedi putar dan
delman. Aku benar-benar lupa ketika sudah berada di area permainan dan makanan.
Menjelang maghrib biasanya baru ingat untuk pulang ke rumah atau ketika uangku
sudah habis.
Di hari lebaran 3, keluargaku dari pihak Bapak akan mengunjungi rumahku.
Dan ketika mereka pulang aku juga turut serta untuk menginap di rumah sodara
ayah. Durasi menginapku bisa sampai seminggu. Bergantian menginap di rumah adik
nenekku dan rumah nenekku.
Di rumah adik nenek, aku bertemu dengan sodara dan sepupu-sepupu dari luar
kota. Kami akan main video game (apa PS ya) seharian. Tapi aku cuma bisa main
billiard sama balap motor aja sih. Seneng banget saat itu pokoknya. Namun ada
satu yang nggak kusuka saat nginep di rumah adik nenek, yaitu WC yang rusak.
Alhasil tiap mau BAB aku harus ke sungai dulu. Untung aja ku tidak pernah
kebelet di malam hari.
Ketika sudah menghabiskan waktu beberapa hari di rumah adik nenek, aku pun
berpindah tempat nginapnya; ke rumah nenek. Di sana juga tinggal sepupuku (anak
dari Adik Bapakku). Agendaku juga sama; bermain dan menghabiskan uang untung
membeli kembang api.
Menjelang liburan berakhir, aku diantar pulang oleh almarhum Kakek ke
rumah. Jarak rumah kami sekitar 10 KM, namun ntah mengapa dulu terasa sangat
jauuuhh sekali.
Ketika aku masih SD, kedua buyut perempuanku juga masih ada. Aku paling suka ketika main ke rumah buyut dari pihak nenek, Mak Wo Ndut. Di belakang rumahnya ada ayunanan dan perosotan, jadi aku bisa tahan seharian main-main di sama. Kini kedua buyutku dan kedua kakekku sudah bahagia dan tenang bersama Tuhan.
Ah menulis ini membuatku rindu sekali dengan mereka, rindu sekali dengan moment di masa kecilku. Aku juga rindu dengan kedua nenekku di kampung. Bapak, ibu dan kedua adikku. Semoga semuanya selalu sehat aamiin aamiin.