Kamis, 08 November 2018

Dear Si Pemakan Sayur




Aku tahu ini akan sangat memalukan. Cause I write cheesy things.
Well, dalam sebulan aku pasti mengalami saat-saat ketika aku benar-benar ingin marah.
Seringnya sih karena PMS, tapi ya ada sebab selain hormon juga sih.

Ketika itu terjadi, aku rasanya begitu meledak-ledak. Ingin teriak, ingin gampar orang,  ingin nangis, ingin dipeluk Lee Min Ho. Nista banget pokoknya deh.
I know, banyak orang yang jengkel denganku ketika aku "di atas normal".
Aku pun memilih menghindar dan dihindari.  Daripada jatuh korban jiwa kan ya.
Tapi, ada satu makhluk yang tak kuhindari dan menghindari aku. Doi manusia juga kok, belum berubah jadi siluman kerbau.
Dia ini tahan banget ngadepin aku yang labil. Selalu siap buat jadi pendengar yang baik.
Hmmm, antara peduli ama pasrah emang beda tipis.

Hari ini dia ketiban sial, karena harus mendengar keluh kesahku lagi dan lagi. Aku ngoceh panjang lebar, lancar jaya, mulus bebas hambatan kayak jalan tol.
Dan dia cuma "hmmm hmmm hmm" aja, macam Nisa Sabyan.
Ketika pidato panjangku usai, dia pun cuma ngasih saran yang ala kadarnya.
"Makanya kamu jadi vegetarian kayak aku, biar nggak emosian."
Iya cuma itu aja.
Tapi walaupun ala kadarnya, aku benar-benar terharu. Iya ini lebay. Well, dia memang nggak banyak bicara. Nggak cerewet kayak aku. Tapi aku merasa benar-benar didengarkan ketika konsultasi dengannya.
Dia nggak pura-pura peduli. Eksistensinya bukan hanya formalitas, atau mau mendengarkan karena nggak enak sama aku.
Duh, makin alay tulisanku. Sudah mau muntah?
Mungkin aku perempuan terpayah yang pernah dia kenal. I'm too crazy.
Tapi yoweslah, apapun itu aku merasa bersyukur banget karena masih ada manusia yang peka akan hidupku.
Yang selalu ngingetin aku tentang manfaat makan sayur.
Uh,

Geli sendiri aku dengan tulisanku.Macam abg yang termehek-mehek.
Kalau kalian mau muntah silahkan muntah. Aku jijik juga kok ama tulisan ini.
Terakhir alay, I just wanna say: Terima kasih banyak my Bro Herbivora.
Kamu cucok meong banget pokoknya, always listening, always understanding. Yaampun udah kayak asuransi.

Minggu, 04 November 2018

Ketika Cinta Platonis Menyapa, Nikmati Aza Ya Kan


fotoby:https://www.quora.com/How-is-a-girl-boy-friendship-different-from-a-boy-boy-girl-girl-friendship
Well , , udah lama banget aku nggak curhat soal asmara secara ekspilisit. Biasanya sih hanya sebatas bahasa kode-kode nggak jelas gitu, yaaa sekilas lewat aja.
Nggak tau kenapa kali ini mendadak pengen ngomongin si doi. Bukan lagi rindu sih, ya katakanlah hanya ingin mengenang saja. Ululuh~
Jadi gini, ketika aku memilih berakhir dengan si doi - yang kita sebut saja dengan si Mas, beberapa sahabat dekatku terpelatuk kaget. Mereka menyayangkan sekaligus mempertanyakan keputusanku.
Loh kenapa? Dia kan baik? Dewasa? Pengertian? Manis? Pinter? Tipe kamu?
Ya. Si Mas emang masuk dalam semua kategori itu. Sifat dan pembawaannya tenang. Mungkin karena itulah aku merasa nyaman dan tenang ketika bersamanya.
Terus kenapa berakhir?
Bagi sebagian orang mungkin relasi hubunganku dengan si Mas terkesan rumit dan njelimet sekali. Tapi percayalah, ini keputusan terbaik dari hasil musyawarah untuk mufakat kami berdua wqwqwqwq.
I love him, really.  Aku sayang dia sebagai Masku yang peduli denganku dari jamanku masih abg. Family isn’t always about blood, right?
Selama ini aku dan Mas terjebak dalam sugesti masyarakat. Sugesti bahwa tak ada yang namanya pertemanan di antara laki-laki dan perempuan, yang ada hanyalah keduanya diam-diam suka atau salah satunya mengalami cinta bertepuk sebelah tangan.
Sugesti lain dari masyarakat juga mengatakan kalau nggak ada hubungan Mas-adik antara laki-laki dan perempuan yang tak sedarah, yang ada hanya berujung pada cinta. Well, menurutku semua sugesti itu tidak sepenuhnya benar. Cause setelah aku dan si Mas saling jujur akan perasaan, kami makin sadar bahwa cinta asmara bukanlah yang dirasakan antara kami.
Nggak tahu kenapa masyarakat kayak hoby banget  gitu meromantisasi segala hal. Seolah semua hubungan non darah di dunia ini akan berakhir pada cinta asmara. Padahal cinta kan ada berbagai macam bentuknya. Bahkan ada cinta platonis yang merupakan cinta non-asmara, dan memiliki cakupan yang lebih luas.
Nah, cintaku dan si Mas ini ya bentuk penggabaran dari cinta platonis. Sama seperti cinta Kakak kepada adik, cinta anak kepada orangtuanya.  Tapi sayangnya orang sering banget meremehkan bentuk cinta ini. Seolah-olah kok ya cinta asmara itu cinta terkuat di dunia ini.
Udah terjawab kan ya. Intinya sih . . . . . . ya gitu wqwqwqwq. Nggak banyak yang berubah setelah perubahan status kami. Dia masih care kepadaku. Intinya kami masih rutin berkomunikasi hingga sekarang. Toh yang berakhir itu kan hubungan, bukan pertemanan. Btw hubunganku dengan para mantan nggak semuanya tetap baik-baik saja. Beberapa ada yang nggak teguran hingga sekarang wqwqwq. Mungkin karena sebab-akibatnya berbeda kali ya wqwqwqwq.

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis