Panorama Oil Painting by IndiaMART
Apa sih hal yang wajar
ditemukan di sebuah kampus? Buanyak kan. Kalau menurut saya salah satunya;
adanya keanekaragaman pemikiran.
Jadi nggak usah heran jika di
sebuah kantin fakultas, kalian menemukan dua orang mahasiswa lagi gontok2an
perang ideologi.Sungguh hal kayak gitu biasa banget.
Kampus yang katanya miniatur
negara, terdapat ratusan mahasiswa yang berbeda-beda. Nggak mungkinlah ratusan
mahasiswa tersebut mengidolakan Moh Salah semua. Pasti ada yang ngefans Felix
Siauw, Ustad Abdul Somad, Bib Rizieq, Cak Nur, Gus Dur, Karl Marx, Lee Min Ho
dan buanyak lagi.
Menurut saya perbedaan persepsi
tersebut bukan alasan untuk bermusuhan. Toh apapun ideologinya minumnya tetap
teh botol sosro.
Selama masa kuliah saya
mempunyai sahabat yang kenthel bingits. Saya mengenalnya sejak jaman Ospek dulu dan lanjut berkawan karena nyambung.
Iya nyambung.
Padahal ya, saya dan dia ini
beda banget. Dari segi ideologi apalagi.
Dari segi bacaan, dia ini
penikmat karya Hasan Al Bana, Shalim A Fillah, Asma Nadia. Sementara saya
pecinta Fredy S, Enny Arrow (Astagfirullah maestro stensil semua).
Sesekali kami juga berdiskusi
mengenai fenomena yang terjadi. Ini beneran diskusi loh. Bukan debat yang
berakhir nesu-nesuan atau paling parah santet-santet'an. Intinya kami tidak pernah ada
masalah karena isi otak kami yang berbeda.
Makanya saya terpelatuk kaget
pas dia bercerita jika ada seorang senior yang melarangnya berteman dengan
saya. Ya katakanlah saya ini diboikot oleh senior tersebut wqwqwq.
You know apa alasannya? Saya
dianggap liberal. Pemikiran saya dianggap terlampau bebas dan berbahaya.
Saat itu saya jadi makin sadar,
ternyata image saya di mata sebagian
orang "waw" banget ya wqwq. Ada yang "alergi" terkait
eksistensi seorang Kartika. Sampai harus dijauhi macam narkoba saja. Emangnya
saya bikin kecanduan ya? :D
Untung saja teman saya ini
teguh pendirian. Imannya kuat. Nggak bakalan tergoda akan godaan seorang
Kartika. Dia tetap bersedia berteman dengan saya.
Toh saya juga tahu diri, kalau
baca stensilan nggak mungkin bagi-bagi link
ke dia. Bagi-bagi derita dan nestapa ke dia sih sering wqwqwq.
Inti dari kisah saya ini sih
bersama tak harus sama. Beda pemikiran bukan alasan untuk gontok-gontokan.
Kalau ingin menjauh, jauhi pemikirannya bukan orangnya. Jangan sakiti fisik dan
perasaannya kalau kamu tidak sependapat eaqqq.
Well kami sudah membuktikan
beda opini tapi akur loh. Eh tapi kalo yang satu pro Jokowi, satu lagi
pro Prabowo susah sih buat akur wqwqwq.