Jumat, 13 Juli 2018

Alur Patah-Tumbuh



 The Night We Broke the Moon Oil Painting By Borda-DevianArt

Lampau
Kita pernah terpisah ribuan waktu
Jarak menjauh.
Asa terkabur menderu
Bersama rindu yang rapuh
Senyap menciumku
Ntahlah,
Nelangsa
Resah
Luka
Ah sudahlah,
Saya berhenti bermunajat
Lalu skenario itu datang lagi
Kita mendekat
Arah menjadi kawan karib
Ya, tapi mau bagaimana lagi
Saya sudah terlanjur hampa
Kadung kebas ditelan rasa
Oh semesta
Mengapa saya?
Mengapa dia?
Mengapa harus hati kami yang dipermainkan.

Sesunggunya Beda Pemikiran di Kampus adalah Hal yang Biasa aja Keles




Panorama Oil Painting by IndiaMART


Apa sih hal yang wajar ditemukan di sebuah kampus? Buanyak kan. Kalau menurut saya salah satunya; adanya keanekaragaman pemikiran.
Jadi nggak usah heran jika di sebuah kantin fakultas, kalian menemukan dua orang mahasiswa lagi gontok2an perang ideologi.Sungguh hal kayak gitu biasa banget.
Kampus yang katanya miniatur negara, terdapat ratusan mahasiswa yang berbeda-beda. Nggak mungkinlah ratusan mahasiswa tersebut mengidolakan Moh Salah semua. Pasti ada yang ngefans Felix Siauw, Ustad Abdul Somad, Bib Rizieq, Cak Nur, Gus Dur, Karl Marx, Lee Min Ho dan buanyak lagi.
Menurut saya perbedaan persepsi tersebut bukan alasan untuk bermusuhan. Toh apapun ideologinya minumnya tetap teh botol sosro.
Selama masa kuliah saya mempunyai sahabat yang kenthel bingits. Saya mengenalnya sejak jaman Ospek dulu dan lanjut berkawan karena nyambung. Iya nyambung.
Padahal ya, saya dan dia ini beda banget. Dari segi ideologi apalagi.
Dari segi bacaan, dia ini penikmat karya Hasan Al Bana, Shalim A Fillah, Asma Nadia. Sementara saya pecinta Fredy S, Enny Arrow (Astagfirullah maestro stensil semua).
Sesekali kami juga berdiskusi mengenai fenomena yang terjadi. Ini beneran diskusi loh. Bukan debat yang berakhir nesu-nesuan atau paling parah santet-santet'an. Intinya kami tidak pernah ada masalah karena isi otak kami yang berbeda.
Makanya saya terpelatuk kaget pas dia bercerita jika ada seorang senior yang melarangnya berteman dengan saya. Ya katakanlah saya ini diboikot oleh senior tersebut wqwqwq.
You know apa alasannya? Saya dianggap liberal. Pemikiran saya dianggap terlampau bebas dan berbahaya.
Saat itu saya jadi makin sadar, ternyata image saya di mata sebagian orang "waw" banget ya wqwq. Ada yang "alergi" terkait eksistensi seorang Kartika. Sampai harus dijauhi macam narkoba saja. Emangnya saya bikin kecanduan ya? :D
      Untung saja teman saya ini teguh pendirian. Imannya kuat. Nggak bakalan tergoda akan godaan seorang Kartika. Dia tetap bersedia berteman dengan saya.
     Toh saya juga tahu diri, kalau baca stensilan nggak mungkin bagi-bagi link ke dia. Bagi-bagi derita dan nestapa ke dia sih sering wqwqwq.
    Inti dari kisah saya ini sih bersama tak harus sama. Beda pemikiran bukan alasan untuk gontok-gontokan. Kalau ingin menjauh, jauhi pemikirannya bukan orangnya. Jangan sakiti fisik dan perasaannya kalau kamu tidak sependapat eaqqq.
    Well kami sudah membuktikan beda opini tapi akur loh. Eh tapi kalo yang satu pro Jokowi, satu lagi pro  Prabowo susah sih buat akur wqwqwq.

Ada yang Baru loh Gaesss

Pada Suatu Sore

Tulisan Paling Eksis