Foto: Hello Sehat
Selama saya kuliah dulu, banyak
banget kisah kasihnya. Ada yang manis, banyak yang pahit. Dan yang saya
kisahkan ini adalah pengalaman paling buruk no 1 yang membuat saya males
kuliah.
Momen traumatik itu berjudul
"Dimarahi dan Dibentak-bentak di Depan Umum".
Jadi saya mengalami pengalaman
penuh luka ini dua periode. Kejadian pertama, saya "mendapat nasehat"
seorang dosen saat semester awal. Faktor utamanya sih emang salah saya, cuma ya
nggak sepenuhnya *ngeles wqwq.
Tempat kejadian perkara di
ruang dosen, ketika jam istirahat tiba. Jadi sudah pasti kalo banyak
dosen-dosen yang menyaksikan. Saat itu mereka melihat saya dengan pandangan
entahlah.
Saya cuma bisa mengheningkan
cipta, nelangsa. Ketakutan saya; baru semester awal saya sudah dicap sebagai
mahasiswi bermasalah.Untung saja sang dosen masih berbaik hati memaafkan saya,
sehingga masalah ini tidak makin berlarut. Kalau tiada maaf, sudahlah tamatl
riwayat saya.
Kejadian kedua ini yang paling
buruk dari segala yang terburuk. Saya dimarahi dan dibentak-bentak oleh Mbak office girl. Ya Allah pedihnya. Ini
terjadi di akhir tahun 2016.
Sebabnya karena saya salah, dia
juga salah. Salah komunikasi juga. Saya dibentak-bentaknya di student center, tempat mahasiswa duduk
untuk mengakses wifi.
Kondisinya ramai. Jadi ketika
si Mbak mulai marah semua mata langsung tertuju pada kami. Apalagi si Mbak ini
suaranya melengking, jadi ya gitu lah.
Saat itu perasaan saya
amburadul tidak karuan. Jengkel, kecewa, marah, kesal, malu yang paling
mendominasi. Kalau kalian pernah melihat video labrakan, ya kayak itu. Untung
aja dulu nggak yang midioin, kan malu kalau sempat viral.
Jujur saja saya sangat kecewa
dengan si Mbak. Sebagai yang lebih tua, ketika saya salah seharusnya saya
diajak ngobrol berdua dan dinasehati. Nasehat sebagai Kakak ke Adik, atau Ibu
ke anak. Saya nggak bandel amat anaknya, kalau dinasehati dengan baik saya bisa
menerima.
Cuma ya si Mbaknya memilih
meledak dan menuangkan amarahnya di depan umum.
Saat dibentak-bentak saya
berkali-kali mengucapkan maaf, tapi tidak digubris (namanya juga marah). Ketika
ada yang bertanya kenapa dia marah, maka dia langsung menunjuk saya dan
melontar kata yang membuat saya kian tersudut. Ealah makin hancur reputasi
saya~.
Nelangsa banget rasanya.
Seumur-umur saya belum pernah dimarahin orangtua di depan umum. Lah ini? Apa
mungkin karena saya kurang bersedekah ya. Makanya langsung dikasih azab atau
cobaan yang amat njeleni ini.
Selepas kejadian itu, hubungan
saya dengan si Mbak memburuk total. Biasanya saling sapa, menjadi seperti orang tak kenal. Pernah waktu itu saya
terpaksa berurusan dengan dia, sayanya udah biasa aja eh dianya masih judes
parah.
Yowislah.
Yowislah.
Kalau ditanya apakah saya sudah
memaafkan dia (walau dia nggak minta maaf sih). Ya saya sudah memaafkan, tapi
tidak akan pernah bisa melupakan. Dimaki depan umum itu pedih bosqu.
Finally, saya percaya banget
kuliah itu proses mendewasakan diri. Dari kejadian itu saya mengoreksi banyak hal. Saya harus lebih prosedural, tahu
syarat dan ketentuan yang berlaku, berpikir dulu sebelum bertindak.
Yang paling penting, karena
saya tahu gimana rasanya dibentak-bentak di depan umum, saya tidak akan
melakukannya ke orang lain.
Dibentak-bentak di depan umum
itu tidak senikmat diketjup Lee Min Ho Bosqu.
NB: Saya tidak pernah
menceritakan kejadian ini kepada orangtua. Well, ortu mana yang kuat melihat
anaknya dibentak-bentak di depan umum. Si Mbak itu pun mungkin akan pedih tak
berhingga jika anak-anaknya dibentak orang lain di depan umum.