Senin, 17 Februari 2025

Untuk Perempuan yang Hatinya Patah

 


Adakalanya aku masih menyayangkan keputusan besar yang kaupilih. Logika dangkalku tak mampu mencerna rencana yang kau inginkan. Pada akhirnya semua terjadi, dan aku masih mencintaimu.

Aku begitu remuk ketika sayapmu perlahan-lahan patah. Seperti ikutan terluka dan ngilu. Sayang, pelukku tak sampai ke ragamu – dan juga takkan berarti apa-apa.

Harapan memang sedemikian berbahayanya. Mirip takdir yang kerap kali main-main pada perempuan bangsat; seperti kita. Namun apakah kebahagiaan hanya dicipta bagi manusia tak bercela?

Pipiku basah tiap mengingat sakitnya luka sebab jalan penuh duri yang harus kita lewati.Tetap berjalan sakit, diam juga sakit, mundur apalagi. Kesakitan adalah satu-satunya pilihan yang kita punya.

Ingin sekali kugenggam tanganmu erat-erat, lalu membawamu kabur ke tempat yang paling nyaman – Tempat di mana tak ada apapun yang akan menyakiti kita

Namun tanganku juga patah, kakiku busuk. Langkah terseok-seok ini takkan mampu membawamu ke tempat paling nyaman itu. Dan mungkin tempat paling nyaman itu juga tidak pernah ada; hanya ada di isi kepala kita.

Aku masih mendoakanmu – mendoakan kita.

Jika doa kita pada ujungnya kalah di kehidupan kali ini, semoga akan menang di kehidupan lainnya. Pada saat itu, mungkin aku akan menjadi kupu-kupu, dan kau sebagai bunga yang cantik. 

Semoga kita tidak menjadi manusia lagi - karena kita tidak berbakat menjadi manusia yang bahagia.  

Sabtu, 01 Februari 2025

Terjebak Nostalgia Blue(S)hit

Di suatu malam, layar di laptop menampilkan sebuah policy brief tentang energi kotor. Maksud hati ingin menamatkannya; berharap ada substansi yang bisa menginspirasi. Nyatanya pikiranku malah ngelayap ke seorang pria; seorang teman. Aneh tiba-tiba aku mengingatnya. 

***

Kami hanyalah dua orang manusia yang terjebak rutinitas pagi dan siang yang penuh kejenuhan. Kemudian memilih menjadi diri sendiri ketika malam tiba. Menghabiskan malam dengan percakapan dan lagu-lagu dari playlist-nya yang selalu kubilang keren (Meski aku gengsi untuk mengakuinya).

“Terus genre apa yang kamu nggak suka?” Tanyaku penasaran.

“Hemm apa ya, Melayu maybe. Yang jelas aku suka banget blues sama jazz. Lagunya nggak ada yang nggak enak.” Jawabnya sambil tersenyum simpul. 

__________

“Aku kalau lagi makan Indomie denger lagu ini berasa lagi makan spaghetti.” Katanya ketika Summertime Ella Fitzgerald terputar.

“Iya. Kopi sachetan-an yang kuminum juga langsung berasa kek kopi Starbucks.”

Lalu kami berdua tertawa.

__________

“The Doors ini keren banget karena tukang keyboard-nya.” Katanya ketika lagu Riders on the Storm terdengar.

“Coba kalo nggak ada tukang keyboard-nya. Nggak The Doors, tapi jadinya The Windows.” Lanjutnya.

“Sayang banget vocalisnya mati cepet. Padahal keren nggak ketulungan. Kenapa ya vocalist-vocalist keren matinya pada cepet?” Tanyaku teringat dengan mendiang Kurt Cobain.

“Nggak kuat ngadepin popularitas maybe.”

“Kamu jangan ya.” Pintaku.

“Hemm secara tidak langsung kamu bilang aku populer dan keren loh.” Godanya.

“Ihh nggak ya. Maksudku playlist lagumu yang keren-keren.”

“Hemm dasar tsundere.”

 Eh apa dia mengataiku tsundere. Padahal kan selama ini aku yang sering ngata-ngatain dia.

__________

Playlist lagu berganti Your Man Josh Turner

“Ini kan suara idaman cewek-cewek.” Katanya dengan nada mengejek.

“Iya. Deep banget suaranya. Kek suara bad boy bad boy gitu. Klepek aku tuh dibuatnya.”

“Terus rahimmu hangat?” Serangnya.

Hanya lirikan tajam mataku yang menjawab pertanyaan nistanya. 

***

Bagaimana kabar pria sok keren itu ya. Kadang aku masih rindu menghabiskan malam-malam dengannya. Melewati pergantian hari bersama lagu-lagu yang kami sukai. Berandai-andai tak masuk akal seperti menjadi Robert Plant di kehidupan selanjutnya. Ahh aku jadi rindu pria sok keren itu.    


Ada yang Baru loh Gaesss

Kali Ini Kita Berpelukan

Tulisan Paling Eksis