Kali ini kita berpelukan. Aku meracau
sambil sesekali tersedu. Memaki pilihan-pilihan yang telah kubuat. Satu
per satu rokokmu berubah menjadi abu. Menyisakan kepulan asap yang meninggalkan
rasa tak enak di tenggorokanku. Namun aku tak peduli. Aku tetap
memelukmu.
"Tapi lebih baik menyesal karena
udah mencoba, daripada menyesal karena nggak pernah mencoba, " Kataku
seraya menghapus lelehan air mata.
Kamu hanya tertawa mendengarnya.
Merasa lucu dengan segala yang terjadi padaku. Begitupun aku pura-pura lupa;
pria ini pernah kontra dengan pilihanku. Menjelaskan hal terburuk yang
kemungkinan besar kualami. Namun perempuan keras kepala ini tidak mendengarnya.
"Memang benar pengalaman adalah
guru terbaik, " Ucapku sok bijak.
Lagi, kamu kembali tertawa dengan
lebih keras. Namun tangan yang tadi memegang rokok, beralih untuk mendekapku
-erat.
Demi Tuhan kali ini aku hanya ingin
menangis, sambil memelukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar